SURIAH (Arrahmah.com) – Seorang mujahid senior Al-Qaeda turut angkat bicara membela seorang mualaf Barat yang ditawan kelompok Islamic State (IS), atau yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS. Mualaf asal Amerika ini dikabarkan akan menjadi tawanan ISIS berikutnya yang dieksekusi di Suriah, lansir Telegraph pada Rabu (22/10/2014).
Abdul Rahman Kassig, seorang mualaf dan pekerja bantuan yang sebelumnya dikenal sebagai Peter, telah ditunjuk IS sebagai sasaran mereka berikutnya dalam seri eksekusi tawanan Inggris dan Amerika yang mereka videokan.
Para anggota IS memperingatkan melalui Twitter bahwa Kassig akan dibunuh pada hari Rabu, sebagai “batas waktu” untuk memenuhi tuntutan mereka – bahwa Amerika harus membatalkan serangan pengeboman mereka.
Ancaman IS terhadap Kassig telah memicu penentangan dari kalangan mujahidin yang mendukungnya, terutama karena dia telah memeluk Islam.
Abu Omar Aqidi, seorang anggota terkemuka dari faksi Al-Qaeda, Jabhah Nushrah, mengatakan dalam sebuah pernyataan umum bahwa dia telah diberitahu Kassig adalah petugas medis yang merawat dia dan sejumlah mujahidin lainnya.
Kassig “melaksanakan sebuah operasi sukses di bawah pemboman [yang dilakukan] oleh rezim,” kata Aqidi dalam serangkaian tweet-nya, menjelaskan bahwa Kassig telah mengangkat pecahan peluru dari lukanya.
Dia menambahkan bahwa Kassig juga merawat beberapa rekannya, termasuk Abu Dujana yang disebut-sebut sebagai pemimpin kelompok jihad di provinsi Deir Ez-Zour di timur laut Suriah.
Dalam tweet-nya, Aqidi menyatakan bahwa anggotanya telah mencari Kassig ketika dia menghilang dan bahwa mereka begitu terkejut ketika “dia muncul dalam video di mana ISIS mengancam Amerika Serikat”.
Kassig ditangkap oleh IS pada 1 Oktober 2013 ketika memberikan pasokan medis ke Deir Ez-Zour untuk badan amal yang telah ia dirikan.
Baru berusia 26 tahun, dia pindah ke kota perbatasan Turki Gaziantep untuk mendirikan Tanggapan dan Bantuan Darurat Khusus atau Special Emergency Response and Assistance (SERA), sebuah organisasi non-pemerintah yang menyediakan bantuan kemanusiaan cepat tanggap.
Teman-temannya menggambarkan dia sebagai seorang pemuda yang sedikit bersemangat dan tulus, dia menerjunkan dirinya sepenuh hati ke dalam organisasi tersebut, bahkan dia sering menghabiskan uangnya sendiri untuk mempertahankan SERA saat kekurangan dana.
Dia terus bolak balik memberikan dukungan medis di Suriah, bahkan ketika frekuensi penculikan terhadap orang asing telah menghentikan pekerja bantuan lainnya. Aqidi mengungkapkan bahwa dia tidak pandang bulu dalam mengobati orang-orang yang terluka akibat perang, baik pejuang maupun warga sipil.
Aqidi mengatakan bahwa ketika sedang dirawat oleh Kassig, dia mengira bahwa Kassig adalah dokter muhajir. Dia menambahkan pada akhirnya dia pun mengetahui bahwa Kassig adalah seorang aktivis kemanusiaan yang bertugas di Deir Ez-Zour selama lebih dari satu tahun dan kemudian diculik oleh IS.
Bulan lalu Kassig muncul dalam sebuah video yang diposting di YouTube, mengenakan jubah oranye dan berlutut di padang gurun sementara seorang ekstremis bertopeng berjanji bahwa dia akan dibunuh dalam menanggapi serangan udara Amerika.
Sebelum ini, IS telah memenggal empat tawanan mereka, yang terbaru adalah pemenggalan tehadap pekerja bantuan asal Inggris, Alan Henning.
Pada Rabu (22/10), seorang wartawan Norwegia yang memeluk Islam selama periode penawanan oleh Mujahidin Taliban di Afghanistan, langsung meminta kepada pemimpin IS, Abu Bakar Baghdadi, untuk membebaskan Kassig.
Salah Ad-Din Refsdal (51), yang sebelumnya dikenal sebagai Paul Refsdal mengatakan: “Orang-orang telah mengesankan bahwa ‘Khalifah’ Ibrahim tidak diberitahu bahwa beberapa pengikutnya berencana untuk membunuh Abdul Rahman Kassig.”
“Kasusnya jelas. Setelah mempelajari Islam secara ekstensif dia pasti menyadari betapa besar dosa membunuh seorang saudara yang baru saja memeluk Islam.”
Refsdal mengatakan bahwa sebuah pemerintahan Islam meyalahkan pembunuhan terhadap mualaf, menambahkan pula bahwa Baghdadi “Oleh karena itu harus melakukan hal yang benar dan menghentikan pengikutnya membunuh saudara kita Abdul Rahman Kassig”.
(banan/arrahmah.com)