KABUL (Arrahmah.id) – Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam Afghanistan (IIA), mengumumkan dalam sebuah konferensi pers bahwa Imarah Islam akan berpartisipasi dalam pertemuan Doha yang ketiga dengan tujuan untuk “melibatkan semua pihak dan menyelesaikan masalah.”
Mujahid menyatakan bahwa partisipasi Imarah Islam dalam pertemuan ini tidak menandakan permusuhan terhadap pihak mana pun.
Menurut Mujahid, Imarah Islam mengundang negara-negara yang berpartisipasi dalam pertemuan Doha untuk terlibat dengan Afghanistan, lansir Tolo News (29/6/2024).
Juru bicara Imarah Islam mengatakan: “Partisipasi kami dalam pertemuan ini bukanlah permusuhan terhadap pihak mana pun, tetapi keterlibatan dengan semua pihak, yang harus dipahami dan dimanfaatkan dengan lebih baik.”
Mujahid menyerukan kepada negara-negara yang berpartisipasi dalam pertemuan Doha ketiga untuk tidak meninggalkan Afghanistan sendirian dalam kondisi yang sulit.
Zabihullah Mujahid mengklarifikasi bahwa isu-isu domestik Afghanistan tidak akan dibahas dalam pertemuan Doha ketiga, karena menurutnya, isu-isu domestik Afghanistan terkait dengan negara tersebut, bukan PBB.
Juru bicara Imarah Islam mengatakan bahwa isu-isu ekonomi, pembatasan, dan pencapaian Imarah Islam akan dibahas dalam pertemuan Doha ketiga.
Mujahid mengatakan bahwa mereka berpartisipasi dalam pertemuan ini berdasarkan persyaratan, namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Ia juga mengomentari penentangan Imarah Islam terhadap kehadiran perempuan dalam pertemuan Doha, dan menyatakan bahwa penentangan ini untuk mempertahankan sikap bersatu Afghanistan dalam pertemuan tersebut.
Dalam bagian dari pidatonya, juru bicara Imarah Islam menceritakan pesan Idul Adha dari pemimpin Imarah Islam, yang menekankan untuk menghindari konflik, sebagai sebuah pesan nasihat.
Mujahid, yang menyangkal adanya konflik dalam sistem Imarah Islam, mengatakan bahwa penekanan pemimpin untuk menghindari konflik tidak menunjukkan adanya perselisihan dan konflik dalam sistem Islam mereka.
Juru bicara Imarah Islam menyatakan: “Masalah partisipasi perempuan dalam pertemuan ini adalah bahwa tidak seorang pun selain Imarah Islam, yang merupakan sebuah sistem, yang boleh mewakili Afghanistan, karena jika orang Afghanistan muncul melalui beberapa jalur dalam pertemuan eksternal, itu berarti kita masih tercerai-berai dan bangsa kita tidak berada dalam satu jalur, dan ini membuka jalan bagi intervensi eksternal. Oleh karena itu, lebih baik apa pun yang kita lakukan di dalam negeri adalah di antara kita sendiri, tetapi di luar, kita harus bersatu sebagai satu bangsa Afghanistan.”
Syekh Hibatullah Akhundzada, pemimpin Imarah Islam, dalam sebuah rekaman untuk khotbah Idul Adha di Masjid Eidgah di Kandahar, meminta semua orang Afghanistan untuk mengesampingkan perbedaan mereka. (haninmazaya/arrahmah.id)