SOLO (Arrahmah.com) – Berkembangnya media-media Islam, serta gerakan dakwah sebagai upaya pencerdasan ummat, membuat kaum Muslimin kian lama kian cerdas dalam menyikapi opini media sekuler dalam menydutkan Islam. Salah satunya kasus pemboman gereja di Solo.
Menanggapi insiden pemboman di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Ketua MUI Solo Prof Dr Zainal Arifin mengungkapkan bahwa umat Islam Solo sudah cerdas dan pandai menyikapi berbagai isu, sehingga tidak akan terprovokasi bom di depan gereja Solo.
Prof Zainal menjelaskan, meski Solo diguncang dahsyatnya pemberitaan bom di depan gereja, MUI Solo tidak akan menyurutkan kajian terhadap buku “Kritik, Evaluasi dan Dekonstruksi Gerakan Deradikalisasi Aqidah Muslimin di Indonesia.”
Buku terbitan MUI Solo tersebut berisi kritik terkait acara Halaqah BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Selain itu, MUI Solo juga sudah menyiapkan agenda bedah buku di sejumlah kota besar seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, Prof Zainal menegaskan bahwa sosialisasi dan kajian buku terbitan MUI Solo tersebut perlu dilakukan untuk meluruskan penafsiran dari pihak BNPT yang seenaknya dalam menafsirkan ajaran Islam.
“Segala sesuatu kalau diagnosa dan obatnya itu salah, maka penyakit juga tidak akan bisa sembuh,” ujarnya seperti yang dikutip voa-islam.com.
Sementara itu, sebagai upaya meluruskan pemahaman dan mengcounter opini yang dihembuskan BNPT, dalam dua bulan terakhir, MUI Solo aktif mengadakan acara bedah buku “Kritik, Evaluasi dan Dekonstruksi Gerakan Deradikalisasi Aqidah Muslimin di Indonesia” di berbagai kota-besar yang dulu dijadikan BNPT sebagai ajang Halaqah Penanggulangan Terorisme. (voaI/arrahmah.com)