MUARA ENIM (Arrahmah.id) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan (Sumsel) menyesalkan musik Marawis mengiringi peresmian gereja di Muara Enim. Sekretaris MUI Sumsel, KH Ayik Farid Alay Idrus mengungkap alasannya.
“Seharusnya itu tidak harus terjadi karena setiap Marawis pasti menyebut nama Allah SWT,” kata Sekretaris MUI Sumsel, KH Ayik Farid Alay Idrus, Senin (24/7/2023), lansir Detik.com.
Menurutnya, Marawis itu bersifat religius. Sehingga, tidak seharusnya lantunan Marawis dilakukan di kawasan rumah ibadah umat agama lainnya.
“Kami pun menyesalkan kalau itu ada, tapi untuk yang akan datang dan ke depannya jangan sampai terjadi lagi,” ungkapnya.
Menurutnya, toleransi antarumat beragama ada batasannya. Selama itu mengandung nilai-nilai syariah serta ibadah dan pemujaan kepada Allah, tidak bisa dijadikan alasan toleransı.
“Kalau dia mengandung tiga nilai tersebut, menurut pendapat kami tidak boleh (jadi media toleransi). Jadi diharapkan jika itu adalah hal yang khilaf. Ke depannya jangan terjadi lagi. Yang sudah terjadi jadikan suatu pelajaran dan jangan diulang lagi di waktu yang akan datang,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, video peresmian sebuah gereja di Muara Enim membuat heboh warga. Ternyata ada alasan di balik penampilan Marawis dalam peresmian tersebut.
Dilihat detikSumbagsel, Minggu (23/7/2023), dalam video berdurasi 39 detik itu nampak beberapa pria dan wanita berpakaian putih sedang berada di atas panggung memainkan alat musik jenis rebana.
Terdengar juga suara lantunan musik Marawis yang dimainkan pemuda-pemudi tersebut. Momen itu terekam dalam sebuah acara pemberkatan dan peresmian Gereja Katolik Paroki Santo Yoseph, di Lawang Kidul, Tanjung Enim, Muara Enim pada Rabu (19/7/2023).
Kapolres Muara Enim AKBP Andi Supriadi mengatakan keberadaan musik Marawis dalam kegiatan itu sebagai bentuk toleransi.
“Iya benar, jadi kegiatan ini tujuannya murni meningkat kerukunan (toleransi) antarumat beragama bagian menjaga kerukunan persatuan NKRI,” kata AKBP Andi dikonfirmasi detikSumbagsel, Minggu (23/7/2023).
Andi memastikan kegiatan tersebut digelar di halaman gereja, bukan dalam aula tempat umat Nasrani biasanya beribadah.
“Kami berharap, agar kegiatan peresmian tersebut ini tidak digoreng, karena tidak ada kegiatan ibadah maupun mencampuradukkan kaidah ajaran agama masing-masing. Marilah kita menjadi bagian yang menjaga dan memperkokoh kerukunan antar umat beragama, Bhinneka Tunggal Ika. Bukan malah menjadi pemicu oknum yang tidak bertanggung jawab,” jelas Andi.
(ameera/arrahmah.id)