JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar persoalan Masjid Al Ikhlas, Medan, Sumatra Utara, diselesaikan dengan bijaksana. “Penyelesaian mesti mengedepankan dialog untuk mencari jalan keluar terbaik. Jangan pakai cara provokatif,” kata Sekretaris Umum MUI, Ichwan Syam, di Jakarta, Ahad (12/6/2011).
Ichwan merespon peristiwa yang terjadi atas jamaah Masjid Al Ikhlas pada Jumat (10/6) lalu. Beberapa saat sebelum pelaksanaan shalat Jumat, di lokasi jalan tempat imam/khatib jamaah masjid yang beberapa waktu lalu dihancurkan, disebar kotoran manusia, lembu, bangkai tikus, dan telur busuk.
Ketua FUISU, Indra Suheri, menyesalkan langkah provokatif pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Namun, Indra menegaskan bahwa pihaknya tak akan terpancing dengan melakukan perbuatan anarkis. Menurut dia, FUISU berkomitmen bahwa mereka akan tetap berjuang melalui jalur hukum.
Pada Jumat itu, kotoran manusia, lembu, bangkai tikus, dan telur busuk dibiarkan sampai akhirnya perwakilan ormas Islam hadir dan ada pendokumentasian peristiwa itu. Setelah itu, tempat tersebut dibersihkan. Pelaksanaan shalat Jumat berjalan seperti biasa dengan khatib Ustadz Musa Abdul Ghani, ketua Hizbut Tahrir Sumatra Utara.
Ichwan mengungkapkan, MUI pusat telah menginstruksikan kepada MUI Sumatra Utara untuk ikut menyelesaikan persoalan itu. Melalui tim yang dibentuk oleh MUI Sumatra Utara itu, ia menganjurkan semua pihak yang terkait dengan persoalan Masjid Al Ikhlas serta masyarakat bersedia menggelar dialog.
Pemerintah daerah dituntut aktif terlibat mengupayakan jalan keluar. Apalagi, ujar Ichwan, berembus kabar di atas tanah masjid yang telah dirobohkan itu hendak dibangun pusat perbelanjaan. Bagaimanapun, perlu ada klarifikasi mengenai kabar itu. Jika benar, tindakan demikian bisa melukai hati umat Islam, jangan sampai jadi bola liar.
Berita ini dikirimkan ke redaksi arrahmah.com oleh Reynaldi Lubis