JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai pernyataan Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan, terkait tragedi Tolikara sangat diskriminatif.
Dalam wawancara dengan Majalah Tempo Edisi 19-25 Oktober 2015, Luhut kasus kerusuhan di Tolikara sudah selesai. Padahal masih banyak sejumlah persoalan yang belum dituntaskan aparat negara seperti mengungkap otak pelaku intoleransi di Tolikara
“Pernyataan tersebut terburu-terburu, tidak sesuai dengan fakta, tidak benar, dan diskriminatif,” ujar Ketua MUI Dr. Yusnar Yusuf MS dalam konferensi pers di Kantor MUI Pusat, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (22/10/2015), lansir Islampos.com.
Terkait, Wasekjen MUI Najamuddin Ramli melihat Luhut sebagai Menko Polhukam seakan-akan tidak mengerti substansi permasalahan yang terjadi di Tolikara dan menganggap enteng tindakan intoleransi kelompok GIDI di Tolikara.
“Kita juga mendengar teroris yang menyerang shalat Id justru menjadi tahanan kota. Di satu sisi, dalam kasus Singkil banyak orang dijadikan tersangka, dan hukum ditegakkan.”
Oleh karena itu MUI mendesak agar Luhut Binsar Panjaitan jangan memudah-mudahkan persoalan, karena masalah Tolikara belum tuntas dan otak intelektualnya belum ditemukan.
“Ini tragedi,” tukas Najamuddin.
(azm/arrahmah.com)