JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta ormas tidak bertindak seperti penegak hukum. Pernyataan MUI itu menanggapi penolakan Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Tegal terhadap kehadiran Ustaz Hanan Attaki dalam acara pengajian di Hotel Bahari Inn, Tegal, Jawa Tengah, Ahad (7/7/2019).
“Saya termasuk yang tidak setuju ormas jadi ‘penegak hukum’. Seperti yang jadi tren negatif saat ini dengan cara membubarkan pengajian segala secara paksa dan menggunakan kekerasan,” kata Ketua Komisi Hukum MUI HM Baharun, sebagaimana dilansir Kumparan, Senin (8/7/2019).
Soal GP Ansor yang menganggap isi ceramah Hanan Attaki kontroversial, Baharun mendorong adanya proses tabayyun.
“Untuk pembubaran keramaian misalnya, bukankah ini domainnya polisi? Jika pengajian itu terbukti provokatif dan mengadu domba umat, ya laporkan saja ke polisi. Itu tugas kepolisian untuk menyelesaikannya,” jelasnya.
Baharun juga mengimbau agar ormas tetap berperan sesuai porsinya. Tidak menimbulkan perpecahan di kalangan umat.
“Untuk semua ormas internal antarumat Islam memang dimungkinkan untuk saling kontrol (tawashau bil haq wa tawashau bishabr). Yang tidak boleh langsung saling eksekusi, ini bisa mengancam perpecahan umat,” kata Baharun.
Diketahui, scara pengajian yang rencananya diisi oleh ustadz Hanan Attaki batal dilaksanakan di Kota Tegal, Ahad (7/7/2019). Pasalnya, ada aksi protes dari Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) setempat.
Informasi yang dihimpun PanturaPost menyebutkan, rencananya acara bertajuk Sharing Time Menjemput Keajaiban dalam Ujian itu digelar di Hotel Bahari Inn Kota Tegal.
Sejak pukul 11.00 WIB, ratusan peserta sudah berbondong-bondong datang ke lokasi. Meski menurut jadwal, acara dimulai pukul 12.30 WIB, dengan diawali Salat Dzuhur berjamaah.
Menurut salah seorang peserta, Angga, sekitar pukul 12.00 WIB, Ustad Hanan Attaki, sudah tiba di lokasi. Namun, entah kenapa, setelah turun dari mobil Hanan tidak masuk ke lokasi acara.
“Di sana Ustad Hanan hanya melantunkan Alquran surat Arrahman dan berdoa. Setelah itu masuk mobil dan keluar,” kata dia.
Dia baru tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah melihat pengumuman dari panitia di grup Whatsapp, bahwa ada ormas yakni GP Ansor yang memprotes acara itu.
“Nah pihak panitia melampirkan surat protes itu di grup,” katanya.
(ameera/arrahmah.com)