BANDUNG (Arrahmah.com) – Watak dasar masyarakat Sunda yang terkenal ramah dan lembut dengan semboyan silih asah, asuh, dan asih, sejalan dengan ajaran Islam, yakni rahmatan lil ‘alamin. Kalau pun timbul masalah dalam hal toleransi antarumat beragama, seharusnya yang perlu dicari adalah akar masalah it sendiri.
Demikian pendapat MUI Jabar yang disampaikan Sekretaris Umumnya, Drs Rafani Akhyar, M.Si , Kamis (23/12/2010) usai menghadiri pembukaan Muswil Muhammadiyah di Tasikmalaya kepada hidayatullah.com.
Pendapat tersebut sebagai tanggapan atas tudingan sebuah LSM yang menyebut bahwa Jawa Barat menempati urutan tertinggi dalam hal pelanggaran toleransi antarumat beragama.
Rafani menambahkan, seharusnya yang menjadi kajian LSM tersebut adalah mencari penyebab mengapa masalah itu muncul.
“Dari laporan yang MUI Jabar terima selama ini, justru umat non-Islam yang sering melanggar aturan. Misalnya dalam hal menyelenggarakan ibadat atau mendirikan tempat ibadat, mengapa mereka tidak ikut aturan yang berlaku? Aturan sudah jelas dan negara juga menjamin itu. Jadi kalau begitu siapa sebenarnya yang tidak toleran?” tanya Rafani.
Dirinya juga mengaku tidak terlalu terkejut atas hasil survei tersebut. Rafani sendiri mengaku pernah diajak diskusi oleh LSM tersebut.
“Kita kemukakan yang sebenarnya tentang fakta di lapangan. Namun mereka selalu membalikkan fakta dengan dalil HAM,” akunya.
Sementara di tempat yang sama, kepada hidayatullah.com, Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jabar, Prof. Dr. Dadang Kahmad, M.Si mengamini apa yang dikemukakan Rafani.
Menurut Dadang, seharusnya hasil survei tersebut dilakukan dengan jujur dan transparan sehingga tidak menimbulkan klaim sepihak.
“Tidak ada itu intoleransi, kita rukun-rukun saja kok. Ya kalau ingin mencari asap, cari sumber apinya dong,” Dadang mengibaratkan.
Dadang juga meminta agar umat non-Islam selain taat pada ajaran agamanya, juga taat pada aturan pemerintah, sehingga kata toleransi tidak disalahartikan sebagai pembatasan dalam beribadah oleh umat Islam terhadap non-Islam.
Untuk itu dirinya mengimbau umat Islam, khususnya yang ada di Jabar, untuk tidak mempedulikan pendapat LSM tersebut. Dikhawatirkan hanya akan memperuncing konflik horisontal dalam masyarakat. “Abaikan sajalah,” pintanya
Seperti telah diberitakan sebelumnya, LSM bernama Moderate Muslim Society (MMS) menuding Jawa Barat menempati urutan tertinggi sebagai wilayah dalam aksi intoleransi. Masyarakat di Jawa Barat juga dinilai LSM ini memiliki kesadaran bernegara yang rendah. (hid/arrahmah.com)