JAKARTA (Arrahmah.com) – Program Indonesia Lawyers Club (ILC) yang disiarkan TV One Selasa 25 Juni 2013 dengan tema “Syiah Diusir, Negara ke Mana” membawa cerita berlanjut. Dalam debat hadir narasumber dari Syiah dan MUI.
Prof DR H Mohammad Baharun, SH, MA, yang menjadi narasumber mewakili MUI Pusat, melalui SMS menceritakan soal kejadian di acara ILC TV One tersebut.
“Acara ILC semalam (Selasa, 25/6/2013, red) ternyata di-blocking time ABI, makanya narasumber dan supporter banyak dari mereka. MUI hanya dipakai jadi ‘pelengkap penderita’ saja. Waktunya sempit untuk menjawab semuanya,” ungkap Prof Baharun.
ABI, yang disebut telah melakukan blocking time acara ILC tersebut adalah Ahlul Bait Indonesia, salah satu organisasi Syiah selain IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia).
TV program (blocking time) adalah pembelian jam siaran dengan durasi tertentu sebuah stasiun televisi untuk diisi dengan program TV dan iklan (TVC) yang dimiliki oleh suatu perusahaan/lembaga untuk tujuan kegiatan pemasaran, promosi atau kampanye.
Menurut penulis buku ‘Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam’, Muhammad Pizaro, dari awal presenter Karni Ilyas sudah mempersempit sisi jurnalisme dengan memblock ILC untuk tidak membahas perbedaan ajaran Islam dengan Syiah. Padahal perbedaan ajaran inilah yang jadi akar masalah Sampang. Selama ini tidak disentuh, persoalan Sampang tidak akan selesai.
Pemilihan judul menunjukkan TV One dalam posisi mengadvokasi Syiah tanpa melihat fakta penodaan ajaran Islam yang dilakukan Syiah.
Ia juga mengatakan, bahwa ada ketidakadilan dalam membagi suara kepada narasumber. Alokasi waktu untuk para ulama Sampang yang mengetahui sejarah kasus Syiah sangat sedikit. Berbeda dengan kelompok Syiah.
Selain itu, menurutnya, ILC TV One tidak mengundang lembaga Islam yang memang concern dengan kasus Syiah Sampang.
“Tidak adanya lembaga yang dihadirkan dari kalangan Islam untuk menjelaskan kasus Sampang secara berimbang. Berbeda dengan kalangan Syiah, yang dihadirkan adalah Kontras. Padahal ormas (Islam) juga memiliki data valid yang langsung berdasarkan penelitian, seperti MIUMI,” katanya.
(fimadani/arrahmah.com)