SIDOARJO (Arrahmah.com) – Televisi adalah salah satu media yang cukup berpengaruh melahirkan imitasi pada khalayak. Kehati-hatian dalam liputan diperlukan media agar tidak menjadikan masyarakat meniru hal-hal buruk. Karena itu, paradigma peliputan harus semakin cerdas dan berubah.
Pertanyaan ini datang dari Seketeris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Muhammad Yunus dalam sebuah pernyataan mengomentari tayangan sebuah stasiun televisi swasta yang menampilkan Miskaulah (38), atau akrab disapa Mama Pretty, seorang warga Dusun Janganasem, Desa Trompoasri, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur yang memiliki kebiasaan aneh dibanding manusia pada umumnya. Miskaulah, gemar memakan ayam hidup setiap hari.
“Tak harus semua keanehan dimuat dan ditampilkan. Bagaimanapun, tayangan itu adalah sebuah ‘kekejian’ yang bisa merusak dan mengganggu perasaan banyak orang,” ujar Yunus kepada hidayatullah.com.
Menurutnya, paradigma media harus mulai berubah, seharunya teori lama ‘bad news is a good news‘ dievaluasi.
“Jangan sampai hal-hal buruk justru diekspoitasi hanya untuk kepentingan rating. Sebab jika itu terus dilakukan, media justru hanya menjadikan pembodohan masyarakat, ” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, Jumat pagi, (17/6/2011) sebuah stasiun televisi swasta menayangkan Miskaulah (38), atau Mama Pretty, sedang menyantap ayam hidup-hidup di saksikan banyak orang.
Bagi Yunus, seharusnya, tayangan tersebut bisa menggunakan ilustrasi bukan dengan tayangan jarak dekat.
Guna mendorong kebaikan pers dan siaran media di masa depan, Yunus meminta pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers menegur stasiun televisi yang bersangkutan sebagai bentuk kehati-hatian dan evaluasi. (hdy/arrahmah.com)