JAKARTA (Arrahmah.com) – Muhammadiyah meminta United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR) serius merespon gerakan massa yang dilakukan pengungsi akhir-akhir ini.
Tokoh Muhammadiyah Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan UNHCR harus aktif membangun komunikasi dengan negara-negara tujuan dan transitnya para pengungsi.
“Kalau UNHCR tidak memberikan perhatian serius, itu artinya menurut saya UNHCR membiarkan Indonesia bermasalah, dan merepotkan Indonesia,” kata Sudarnoto dalam keterangannya, Ahad (26/12/2021), lansir RRI.co.id.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Hubungan Internasional ini mengatakan komunikasi diperlukan untuk membangun kekuatan politik UNHCR, sehingga negara tujuan mudah menerima para pengungsi.
“Jadi harusnya PBB punya kekuatan efektif kepada negara negara penerima suaka itu bisa menerima refugee,” lanjutnya.
Ia mengakui, hal itu tidak mudah dilakukan UNHCR, karena sudah bukan rahasia lagi, ketika terjadi migrasi besar-besar akan menimbulkan persoalan baru, dari para pendatang atau masyarakat setempat.
Persoalan-persoalan ini, menurutnya, perlu ditangani UNHCR.
“Persoalan bagi pendatang sendiri atau refugee itu misalnya culture shock, belum lagi adanya persinggungan dengan masyarakat setempat soal komunikasi dan lain sebagainya,” jelasnya.
Meski demikian persoalan para pengungsi di negara-negara transit harus dapat diselesaikan, pasalnya persoalan ini merupakan tanggung jawab PBB melalui UNHCR.
“Jadi memang menurut saya PBB, UNHCR ya paling bertanggung jawab,” tegasnya.
Untuk itu, lanjut Sudarnoto, UNHCR harus mampu meyakinkan negara-negara tujuan dan transit, bahwa para pengungsi tidak akan menimbulkan persoalan.
Ia menilai, tidak wajar para pengungsi tinggal di negara-negara transit itu lama-lama. Artinya ada persoalan dengan cara kerja UNHCR dalam menangani persoalan para pengungsi.
“Katanya hanya sementara tapi sampai puluhan tahun. Ini tidak wajar pasti ada yang salah,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)