KAIRO (Arrahmah.com) – Presiden Mesir pada hari Minggu (24/1) mengatakan pasukan keamanannya bisa saja melakukan upaya represif untuk meredam kelompok-kelompok Islam yang mengancam stabilitas Mesir dan sekitarnya, dengan menyoroti kekhawatiran tentang Al Qaidah yang membangun kekuatan di beberapa tempat seperti Yaman.
Presiden Hosni Mubarak juga melegalkan pembangunan tembok penghalang di perbatasan Gaza, dan mengatakan bahwa tindakannya tersebut justru akan menghentikan ‘militan’ menyeberang perbatasan. Langkah Mesir ini telah menarik kritik dari dalam Mesir dan negeri Arab lainnya yang mengatakan bahwa Kairo sedang bekerja sama dengan Israel untuk memblokade Palestina.
Keamanan Mesir telah membuat serangkaian penangkapan dalam beberapa bulan terakhir terhadap sejumlah orang yang diduga anggota kelompok Islam terlarang. Mubarak khawatir akan kebangkitan kembali militansi Islam di negara yang mengklaim dirinya telah berhasil melawan pemberontakan Islam tahun 1990-an.
Dia mengatakan pasukan keamanannya akan bertindak tehas, bahkan represif “untuk menghadapi terorisme dan ekstremisme … demi keamanan bangsa dan warga negara.”
Mengenai tembok penghalang Gaza, Mubarak berkata: “Kami telah mulai pembangunan di sepanjang perbatasan, bukan untuk menyenangkan orang lain, tetapi untuk melindungi bangsa kami dari aksi teroris seperti yang yang terjadi di Taba, Sharm el Sheikh, Dahab, dan Kairo.”
Mubarak merujuk pada pemboman di pusat-pusat pariwisata, seperti serangan mematikan di resort Sharm el Sheikh pada 2006.
Presiden Mesir itu juga mengatakan pemerintah tidak akan mentolerir kekerasan sektarian, setelah enam orang-orang Kristen dan seorang Muslim perwira polisi itu ditembak hingga tewas pada 6 Januari oleh pelaku tak dikenal.
Mubarak mengatakan orang-orang tersebut tengah memainkan agenda asing untuk mendorong kerusuhan sektarian.
Pengadilan Mesir pun menuntut 26 orang pada tahun 2009 yang dicurigai terkait dengan Hizbullah Libanon dan perencanaan serangan di Mesir. (althaf/rtrs/arrahmah.com)