KAIRO (Arrahmah.com) – Mohammed Mursi telah menyeru rakyat Mesir pada Minggu (24/6/2012) untuk tidak menaatinya jika ia menyalahi janji yang ia buat selama masa kampanye.
Figur Ikhwanul Muslimin yang melepaskan jabatannya sebagai ketua Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) baru-baru ini, mengalahkan pesaingnya, Ahmed Shafiq, mantan perdana menteri era Mubarak
Beberapa jam setelah pengumuman hasil pemilihan, dimana Mursi-Garner memperoleh 52 persen suara, pria 60 tahun itu memberikan pidato pertamanya di TV nasional, yang sudah lama digunakan oleh Mubarak dan rombongannya untuk mengecam dan mengkriminalkan Ikhwanul.
“Saya akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi janji yang saya buat. Saya tidak memiliki hak apapun, saya hanya memiliki tanggung jawab. Silakan bantu saya selama saya adil dan mentaati Tuhan,” ia mengatakan.
“Jika saya tidak mentaati Tuhan dan gagal untuk memenuhi janji-janji saya, maka jangan patuhi saya.”
Dalam pidato yang agak emosional, Mursi mencoba untuk menghilangkan ketakutan dari semua segmen masyarakat. Ia berusaha memperlihatkan sikap penghormatan terhadap setiap partai dan lembaga di Mesir, dari militer yang berkuasa hingga kelas pekerja.
Mursi juga mengatakan bahwa ia mendedikasikan kemenangannya untuk para martir revolusi tahun lalu melawan Mubarak.
“Saya tidak akan berada di sini sebagai presiden terpilih tanpa pengorbanan para martir dan korban yang terluka.”
Dia menekankan pidatonya juga pada polisi Mesir, yang terkenal memenjarakan banyak tokoh Ikhwanul di masa lalu.
“Saya salut dengan polisi yang terhormat, saudara-saudara saya, anak-anak saya,” katanya.
“Mereka yang melakukan kejahatan memang harus ditundukkan oleh hukum. Tetapi saya yakin bahwa sebagian besar polisi pantas dihormati dan dihargai. Mereka akan memiliki peran besar untuk bermain di masa depan dalam melindungi dan mengamankan negeri.”
Mursi juga memuji hakim, beberapa di antaranya saling tuduh dengan Ikhwan menyusul putusan pengadilan terakhir pada bulan Juni untuk membubarkan parlemen.
Dia bersumpah untuk membuat peradilan yang independen, menyoroti salah satu tuntutan dari aktivis dan pemuda, dimana masih banyak dari mereka yang masih berkemah di Tahrir Square.
Putusan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) memancing amarah banyak setelah membatasi kekuasaan presiden karena berusaha untuk mempertahankan pengaruhnya di negara yang telah diperintah oleh militer sejak kudeta 1952 yang mengakhiri monarki Mesir.
Menghormati perjanjian
Mursi juga mereda kekhawatiran beberapa negara Barat dari kesuksesannya.
Sementara semua pernyataan resmi dari Israel dan Amerika Serikat menyambut baik hasil pemilihan umum pertama presiden Mesir yang diklaim demokratis dan bebas, laporan mengatakan mereka masih takut dengan Islam yang dipimpin Mesir bisa menimbulkan ancaman bagi keamanan Israel.
Perjanjian yang kontroversial antara Mesir dan Israel tahun 1979 setelah Camp David Accord terkenal, telah menjadi subyek perdebatan yang intens sejak kepergian Mubarak pada 11 Februari 2011.
Beberapa kandidat presiden mengatakan mereka akan mengubah kesepakatan yang tidak merugikan kepentingan nasional Mesir
“Kami akan menghormati perjanjian dan kesepakatan internasional, dan akan menciptakan hubungan internasional yang seimbang berdasarkan kepentingan bersama dan rasa hormat. Kami akan melindungi perbatasan kami, dan menolak campur tangan asing dalam urusan dalam negeri kami,” tambah Mursi.
“Mesir mampu mempertahankan diri terhadap setiap agresi asing, dan akan melindungi rakyat Mesir di mana saja di dunia.”
Mursi juga menegaskan pemerintahannya tidak akan menyaksikan segala bentuk diskriminasi di tengah kekhawatiran yang muncul dari populasi Koptik, yang banyak dari mereka memilih Shafiq dalam pemilihan presiden kemarin.
“Saya akan menjadi presiden untuk semua rakyat Mesir, di dalam dan luar negeri. Rakyat adalah sumber dari semua kekuatan, dan sudah waktunya bagi kita untuk membangun negeri dan mencapai tujuan revolusi,” katanya.
“Bersama, rakyat Mesir akan menciptakan masa depan yang lebih baik dan cerah bagi bangsa ini.” (althaf/arrahmah.com)