NEW DELHI (Arrahmah.com) – Perdana Menteri India Narendra Modi untuk yang pertama kalinya memperingatkan kepada anggota parlemen untuk berhenti mempromosikan isu-isu kontroversial seperti konversi agama dan mendesak mereka untuk fokus pada reformasi ekonomi, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Rabu (17/12/2014).
Sebuah kelompok Hindu sayap kanan membatalkan rencana untuk memurtadkan ribuan ummat Islam ke Hindu pada Natal ini, setelah adanya intervensi dari Modi.
Tapi politisi oposisi terus mengganggu parlemen pada Rabu (17/12), dan mengatakan bahwa mereka tidak yakin kelompok penguasa telah menyerah kepada agenda partisannya.
“Perdana menteri merasa bahwa kita tidak boleh menyimpang dari agenda reformasi ekonomi dan pembangunan kami,” kata Yogi Adityanath, seorang anggota parlemen Hindu yang telah menjalankan kampanye rekonversi Hindu, sebuah isu yang sensitif.
Modi, yang terpilih sebagai presiden India pada bulan Mei dengan mandat untuk menyediakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, telah melihat agenda reformasinya terhalang oleh pernyataan inflamasi oleh anggota partai nasionalis Hindunya. Dengan seminggu lagi sebelum sidang parlemen berakhir, ia berisiko mengakhiri tahun ini tanpa melakukan reformasi besar apapun.
Pemilihan Modi sebagai presiden menimbulkan harapan bahwa pemimpin sayap kanan itu akan membangun transformasi ekonomi yang dimulai pada 1990-an. Sebaliknya, upaya untuk merombak sistem pajak dan menarik investasi asing telah gagal oleh kebuntuan antara partai-partai pemerintah dan oposisi.
“Masalah dengan Modi bukanlah partai oposisi, itu adalah unsur-unsur pinggiran dalam partainya sendiri,” kata S. Chandrasekharan, direktur Kelompok Analis Asia Selatan, yang berbasis di New Delhi.
Naiknya Modi sebagai presiden membuat aktivis sayap kanan semakin berani untuk secara terbuka menyatakan India sebagai bangsa Hindu, dimana sekitar seperlima dari India 1,27 miliar orang di India mengidentifikasi diri mereka beragama selain agama Hindu.
Salah satu anggota dewan dari partai Modi menyebut non-Hindu sebagai “bajingan” dalam sebuah kampanye pemilu dan anggota partai yang lain mengatakan orang yang membunuh pejuang kemerdekaan Mahatma Gandhi adalah seorang patriot.
Bahkankelompok Hindu sayap kanan Dharam Jagran Samiti, yang membatalkan konversi massal yang direncanakan akan digelar pada 25 Desember di kota Aligarh, mengatakan itu hanya kampanye itu dihentikan untuk menggiring Muslim dan Kristen kembali ke kandangnya.
“Kami telah menghentikan rencana kami tapi ini hanya sementara, tidak larangan,” kata ketua penyelenggara Satya Prakash Navmann, yang dituding teribat dalam enam kasus kerusuhan komunal, kepada Reuters.
“Tidak ada yang bisa menghentikan kami dari rencana kami untuk membuat India sebagai bangsa Hindu.” kata Navmann.
(ameera/arrahmah.com)