PAMULANG (Arrahmah.com) – Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) tantang BNPT dan Densus 88 debat terbuka untuk membahas masalah-masalah keamanan negara, demikian diungkapkan oleh Ustadz Syawal Khan, panglima Laskar Majelis Mujahidin, di Pamulang, Rabu (5/6/2013).
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan kekejaman Densus 88, bisa dengan cara fisik dapat juga dengan diplomasi. “Perjuangan Islam ini semua sarana diperlukan, kalau kita memiliki kemampuan fisik, kita lakukan dengan fisik, tetapi yang menjadi persoalan adalah, apakah dengan fisik itu bisa selesai masalahnya?,” tanya ustadz.
“Kita harus gunakan sarana lain dengan diplomasi kita, dengan intelektual kita, kita tantang debat terbuka tentang kinerja Densus 88. Kita tantang BNPT dan Densus88 debat terbuka membahas mengenai sekuriti negara ini,” tegas ustadz Syawal.
Menyangkut hal ini saja BNPT dan Densus 88 tidak pernah merespon dan mendengar tantangan ini. Majelis Mujahidin hanya disuruh hadir dan mendengarkan mereka berbicara.
Dia juga memaparkan, “Densus 88 kita akan tuntut, kita akan lawan, tidak membiarkan Densus 88 tanpa kontrol. Ormas-ormas Islam harus melakukan kontrol dalam pengelolaan negara ini. Kumpulkan data-data kekejaman Densus 88, kita akan ultimatum kepada Densus 88 untuk dibubarkan, bukan hanya Densus 88 yang harus dibubarkan tetapi peraturan yang mengayomi adanya Densus 88 itu harus dibubarkan.”
Untuk hal ini bukan kita mengabaikan perlawanan secara fisik. Perlawanan secara fisik akan dilakukan sepanjang umat Islam terus menerus menjadi tumbal dan sasaran empuk oleh pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari hal ini. Ustadz Syawal menegaskan, ” Perlawanan secara fisik, ketika tidak memiliki alasan yang benar membunuh umat Islam, kemudian kita dijadikan tumbal ataupun dijadikan sasaran empuk untuk mereka dari hukum manapun yang dibenarkan, kita akan lawan!.”
(azmuttaqin/arrahmah.com)