JAKARTA (Arrahmah.com) – Para pimpinan pengurus Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) bersilaturrahim ke kantor Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) di kawasan Tebet, Jakarta Selatan Senin (10/6/2013). Tokoh-tokoh dari dua ormas Islam yang aktif menyuarakan kafir dan sesatnya syiah ini, bertemu selama 3 jam.
Dalam pertemuan selama 3 jam tersebut, tentunya banyak sekali yang dibicarakan. Namun secara garis besarnya mereka membahas 3 isu besar. Ketiga hal tersebut adalah soal syiah, Al-Qur’an tarjamah tafsiriyah dan Pancasila.
Ustadz Muhammad Thalib, Amir MMI banyak bercerita tentang historis ketiga point tersebut. Untuk persoalan syi’ah ustadz Thalib telah tiga kali dia melakukan debat publik di beberapa daerah. Pertama kali dia telah melakukan perdebatan muslim-syiah dengan Jalaludin Rahmat di Yogyakarta pada tahun 1990. Kedua pada isu yang sama dia berdebat dengan Ahmad Barakbah di Balikpaan Kaltim. Ketiga, perdebatan yang sama dilakuakn di IAIN Sumut pada tahun 2006. Semua perdebatan itu dimenangkan oleh muslim yang diwakili ustadz M Thalib.
Al-Qur’an tarjamah tafsiriyah dibahas dalam pertemuan tersebut. Ustadz Thalib memaparkan ada 3229 kesalahan terjemah pada Al-Quran terjemah Departemen Agama. Kesalahan itu meliputi bidang aqidah, syariah, muamalah dan iqtishodiyah. Upaya-upaya hukum yang dilakukan untuk membawa kasus terjemahan Al-Qur’an ini ke pengadilan juga sedang diupayakan. Jika Kemenag tidak mau menarik Al-Quran dan Tarjamahnya karya tim penerjemah Kemenag.
Sedangkan untuk perdebatan mengenai Pancasila, ustadz Thalib telah mengkritik dengan tajam Pancasila di surat kabar pada tahun 1960. Ustadz Thalib menulis di sebuah koran yang isinya mendebat bahwa Pancasila itu sebagai dasar negara. Tidak ada landasan hukum tertulis bahwa Pancasila adalah dasar negara RI. Dampak atas tulisan ustadz M Thalib adalah presiden Soeharto mengirim utusan kepadanya untuk menawari menjadi pembantu presiden alias menteri kepada ustadz Thalib. Dia pun menolak tawaran tersebut.
Pada kesempatan itu ustadz Bachtiar Nasir, sekjen MIUMI menyepakati tiga point itu untuk terus digulirkan dan saling mendukung bersama-sama untuk bisa di implementasikan di tataran teknis. Soal syiah akan didorong MUI pusat bisa mengeluarkan fatwa sesatnya syiah. Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah akan diupayakan penyebarannya seluas-luasya kepeda masyarakat melaui juga Lembaga Tadabur Al-Qur’an. Dan mensupport upaya MMI mengajukan pertanyaan ke MK tentang kedudukan Pancasila.
Ustadz Bactiar juga menerangkan sekilas tentang MIUMI yang baru berdiri februari 2012, dan sedang melakukan konsolidasi internal. Pemicu didirikannya MIUMI adalah masalah syiah walau kita punya persoalan lain sperti sekularisme, liberalisme. “Fokusnya adalah alhadhoroh,peradaban.” ujar ustadz Bachtiar. Peradaban disini bukan etik tetapi intelektual dan ilmiah. Membuat naskah-naskah ilmiah adalah bagian yang banyak dikerjakan MIUMI. Sekarang sedang membuat opini tentang penolakan Miss World di Indonesia.
Pada Pertemuan itu pengurus MMI yang hadir adalah ustadz Muhammad Thalib Amir MMI, usstadz Abu Muhammad Jibril Abdurrahman, wakil Amir MMI, ustadz Irfan S. Awwas ketua lajanah tanfidziyah MMI, ustadz Shobarin Syakur, sekeretaris lajnah tanfidziyah dan ustadz Muhammad Syawal Khan, panglima laskar MMI. Adapun tuan rumah yang menyambut adalah ustadz Bchtiar Nasir, sekjen MIUMI, ustadz Farid Ahmad Okbah, ustadz Fahmi Salim dan ustadz Adhian Husaini.
(azmuttaqin/arrahmah.com)