JAKARTA (Arrahmah.com) – Menanggapi pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj di beberapa tempat dan kesempatan yang memastikan bahwa umat Islam dari kalangan NU tidak akan goyah imannya dan tidak akan merosot akhlaknya meskipun seribu orang semacam Lady Gaga datang ke Indonesia. Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) meminta pernyataan Said Aqil agar disikapi dengan teliti oleh umat Islam.
“Pernyataan beliau ini harus disikapi dengan hati-hati. Sebab ini ada tanda-tandanya ingin mengabaikan ajaran nahi munkar.” Kata Ustadz Fahmi Salim kepada arrahmah.com, Jakarta, Minggu (19/5).
Sedangkan amar ma’ruf nahi munkar sendiri menurut Ustadz Fahmi, mengutip pendapat Imam Ghazali, merupakan kutub terbesar ajaran agama Islam, dan merupakan syi’ar kenabian. Karena alasan amar ma’ruf nahi munkar, Allah menurunkan para nabi dan rasul.
“Kalau syi’ar kenabian ini hilang. Maka, kata Imam Ghazali agama akan rusak, kesesatan tersebar, negeri-negeri akan binasa, umat pun akan hancur,” ujarnya.
Ia pun berpendapat bahwa umat Islam tidak bisa semena-mena menganggap dirinya sholeh dan imannya tidak akan hilang kalau kemaksiatan merajalela, menurutnya hal itu tidak benar dalam konsep Islam.
“Nah, inilah bedanya konsep Islam dengan sekularisme. Jika sekularisme memberikan ruang yang sama antara kebaikan dengan kemaksiatan diruang publik. Jika Islam tidak begitu, masyarakat harus dilindungi dari tontonan, atau segala bentuk prilaku dan tindakan yang maksiat dan tidak bisa diberi ruang di ranah publik, karena tidak sesuai dengan islam,” papar anggota pengkajian dan penelitian MUI Pusat ini.
Lebih dari itu, manusia tidak bisa memastikan dan menjamin Iman siapapun akan tetap berada dalam level tertentu,karena ia menilai keimanan seseorang sangat berpegaruh dengan pemahaman dan amal perbuatan masing-masing personal.
“Kita tidak bisa memastikan, memangnya kita yang memberi garansi, Iman itukan tergantung masing-masing individu. Ya mungkin seorang yang alim dan dekat dengan Allah tidak bergeming, tapi kitakan bicara bukan orang alim saja, tapi tentang umat yang masih awam dan lemah imannya yang pemahaman Islamnya belum utuh. Bagi umat yang lemah imannya perlu dibimbing oleh Ulama dengan cara ulama menegakkan amar ma’ruf nahi munkar,” tutur Ustadz Fahmi
Dia menjelaskan hal semacam ini pernah juga terjadi pada masa Sahabat Abu bakar As shidiq, dimana Abu Bakar Ra pernah meluruskan orang-orang yang keliru memahami ayat 105 surat Al Maidah yang menyatakan “tidak akan membahayakan kamu orang-orang tersesat bagi kamu yang sudah mendapat petunjuk,” yang dianggap seolah-olah menihilkan amar ma’ruf nahi munkar pada saat itu.
“Mungkin beliau mengasosiasikan lontaran itu dengan ayat tersebut. Dan ini salah, para sahabat sudah menanyakan maksud ayat itu kepada Rasulullah. Seperti diriwayatkan dalam Tafsir Ibnu katsir bahwasanya Abu Tsa’labah menanyakan kepada Rasulullah, apakah benar kita tidak diperintahakan amar ma’ruf nahi munkar dengan adanya ayat ini. Rasulullah menjawab” oh salah justru kalian harus ber amar ma’ruf nahi munkar, perbaiki diri kalian, perbaiki keluarga kalian, sebab akan banyak hawa nafsu yang diperturutkan, akan ada banyak dunia yang diutamakan, akan ada lagi hal-hal negatif. Kalau kalian memiliki komitmen keimanan yang kuat dan dapat membentengi diri dan keluarga kalian , baru tidak dapat berpengaruh, kira-kira demikian jawaban Rasulullah,” terang lulusan Al Azhar Kairo ini.
Tidak ada jaminan Nabi
Ustadz Fahmi pun tidak sepakat jika dikatakan bahwa Umat Islam sudah memiliki Imunitas keimanan dan tidak terpengaruh oleh kerusakan dan maksiat yang tersebar, sebab rasulullah sendiri tidak berani memberi garansi persoalan tersebut, justru pada zaman sahabat keimanan masyarakat terus dijaga dengan ditegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
“Jadi tidak benar kalau dikatakan umat ini sudah kebal keimanannya, nabi saja tidak berani menjamin kekebalan iman umatnya. Said Aqil hebat amat bisa menjamin keimanan umatnya tidak rusak, padahal rasulullah saja khawatir dengan umatnya jika tidak ada nahi munkar. Bahkan Abu Bakar Ash shidiq menegur sahabat yang salah memahami ayat tersebut. Ayat itu tidak menyuruh kita berpangku tangan dari amar ma’ruf nahi munkar. Justru, Abu bakar menyuruh kita sebaliknya berpegang teguh kepada amar ma’rugf nahi munkar,” ujarnya
Kalau kita sudah amar ma’ruf nahi munkar, sudah kuat benteng keluarga dan masyarakat kita, kata Ustad Fahmi, maka tidak akan membahayakan jika masih ada orang yang tersesat dan masih ada orang yang maksiat. Maksud ayat itu ke situ,” tandasnya. (bilal/arrahmah.com)