PADANG (Arrahmah.com) – Ketua Bidang Fatwa MUI Sumatera Barat, Gusrizal Gazahar mengatakan, ratusan ulama yang diturunkan mengawasi misionaris yang masuk melalui aksi kemanusian untuk merusak akidah umat Islam, minim dana.
“Pendanaan kita saat ini minim, untuk operasional ulama yang turun, hanya dari infak para jemaah kami, melalui sosialisasi para ulama,” ujarnya kepada Padang Today.
Gusrizal mengakui, selain infak jemaah, memang ada beberapa daerah yang ikut membantu untuk menunjang program MUI ini, seperti Pemko Bukittingi dengan dana Rp 25 juta, Pemko Payakumbuh sekitar Rp 3 juta berupa buah tangan untuk masyarakat, serta bantuan transportasi dari Pemko Padangpanjang.
“ Kita sangat berterima kasih kepada beberapa pemerintahan yang juga ikut membantu kami dalam pengawasan ini,”ujarnya.
Ditambahkannya, ratusan ulama dari beberapa MUI di daerah seperti, Payakumbuh, Padangpanjang, Bukittingi, Solok serta Pesisir selatan, yang telah menurunkan ulamanya kebeberapa titik daerah yang dianggap rawan. Kehadiran mereka mendapat respon positif dari masyarakat setempat.
“ Masyarakat antusias atas program kami ini, malah mereka minta diperpanjang jadwal kedatangan tim tersebut,”ujarnya.
Evaluasi dari ulama yang diturunkan, kata Gusrizal, pemurtadan terus saja berjalan, saat ini para misionaris lakukan dengan modus halus.
“ Kita belum mendapatkan secara riil bukti dilapangan, tapi dari pengamatan teman-teman dilapangan, mereka bekerja dengan halus,” ujarnya
Misionaris terindeteksi mulai bergerak pada dua daerah di Pasaman Barat, Kinali dan Luhak nan duo.
“ Kita juga sudah menurunkan ulama ke dua daerah tesebut, karena aksi kemanusian yang mereka lakukan didaerah itu, terindikasi merusak akidah umat islam,”katanya.
Sebelumnya, MUI telah menemukan relawan asing yang menyebarkan injil dibeberapa daerah, seperti di Patamuan dan daerah Gunung Tigo Padang Alai Kabupaten Padangpariaman, Senin (27/10) lalu. (hdytlh/arrahmah.com)