GAZIANTEP (Arrahmah.id) – Kebenaran terus menjadi salah satu korban bencana besar di era media sosial. Platform telah penuh dengan informasi, gambar serta video yang salah, termasuk “tsunami” dan seorang anak yang berduka atas orang tuanya, sejak gempa bumi dahsyat melanda Turki dan Suriah pekan ini.
Pemeriksa fakta Agence France-Presse (AFP) telah menyanggah gambar dan video yang telah diunggah online dan dilihat ribuan kali, menunjukkan adegan yang dikatakan berasal dari gempa atau setelahnya.
Sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial diklaim menunjukkan “tsunami” akibat gempa di pantai selatan Turki. Tetapi analisis rekaman menunjukkan bahwa itu berasal dari badai Maret 2017 di kota Durban, Afrika Selatan. Demikian pula, video dramatis yang menunjukkan ombak menerjang hamparan garis pantai dan dikatakan berada di Turki ditemukan dari badai bulan lalu di San Diego, California.
Di tempat lain, serangkaian gambar di Facebook, Instagram, dan Twitter diklaim menunjukkan kepanikan di Tepi Barat yang diduduki menyusul gempa bumi di Laut Mati pada Selasa malam (8/2/2023), yang berhasil menyedot puluhan ribu interaksi. Tetapi pencarian gambar terbalik menunjukkan foto-foto itu berasal dari Juni 2017 dan menunjukkan warga Palestina merayakan Idul Fitri di kota Nablus, Tepi Barat.
Gambar lain yang berkembang biak setelah gempa adalah seekor anjing yang berbaring di samping seseorang yang tampaknya terkubur di bawah reruntuhan, menghasilkan lebih dari 1,5 juta tampilan di Twitter. Tetapi pencarian gambar terbalik menunjukkan bahwa gambar tersebut telah online setidaknya sejak 2018 dan merupakan bagian dari rangkaian yang diunggah oleh fotografer Ceko Jaroslav Noska ke platform Alamy.
Satu gambar yang dibagikan oleh outlet berita Mesir menunjukkan seorang anak laki-laki menangis saat dia duduk di atas puing-puing, dengan keterangan yang menggambarkan dia sebagai anak Suriah yang tertinggal setelah gempa. Tapi foto itu adalah bagian dari serangkaian stok gambar yang bisa ditemukan di situs web Shutterstock.
Video lain menunjukkan tanah atau bangunan berguncang atau runtuh selama gempa atau setelahnya, tetapi ternyata berasal dari gempa bumi sebelumnya, termasuk di Jepang pada 2011. (zarahamala/arrahmah.id)