RHODE ISLAND (Arrahmah.com) – Misha, sosok misterius yang disebut-sebut sebagai orang yang telah “mencuci otak” Tamerlan Tsarnaev akhirnya muncul. Dia memberi pernyataan dari rumahnya di Rhode Island pada Ahad (28/4/2013), lansir Daily Mail.
Misha telah dituduh oleh paman Tsarnaev, Ruslan Tsarni, sebagai dalang serangan bom maraton Boston. Misha, yang ternyata bernama asli Mikhail Allakhverdov (39), akhirnya dapat ditemui dan telah membuat pernyataan untuk meluruskan segala tudingan yang diarahkan oleh Ruslan.
Diantara spekulasi seputar perannya dalam serangan 15 April, mencuat sebuah dugaan bahwa “Misha” ini merupakan bagian dari sel teror.
Ketidakhadirannya dalam penyidikan kasus Bom Boston semakin memicu teori konspirasi yang berkembang. Namun, sekarang dia telah muncul untuk menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah dan bahwa FBI juga telah menyatakan bahwa dia tidak terlibat dalam pemboman marathon Boston.
New York Review of Books mencari dan mendatangi Mikhail Allakhverdov di rumah keluarganya di Rhode Island.
Mikhail tinggal dengan orang tuanya di sebuah flat. Dia membantah bahwa dia bersama Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev berada dibalik serangan Bom Boston.
Mikhail mengkonfirmasi bahwa dirinya memang seorang mualaf, dan dia mengenal Tamerlan pada tahun 2009.
“Saya bukan gurunya. Seandainya saya gurunya, saya akan memastikan dia tidak akan pernah melakukan hal seperti ini,” kata Mikhail.
Mikhail adalah seorang keturunan Armenia. Ayahnya adalah seorang Kristen Armenia dan ibunya adalah etnis Ukraina.
Ayah Mikhail mengatakan, “Kami mencintai negeri ini. Kami tidak pernah mengharapkan hal seperti ini terjadi pada kita.”
Mikhail menolak untuk menguraikan hubungannya dengan Tamerlan dan bagaimana dia berteman dengan Tamerlan. Namun, dia membantah bahwa dia pernah bertemu dengan salah satu keluarga Tamerlan yang telah mengklaim bahwa dia terlihat mendiskusikan Islam dengan Tamerlan sampai malam di meja dapur keluarga.
Dia juga menegaskan bahwa dia telah diwawancarai oleh FBI.
“Saya sudah bekerja sama sepenuhnya dengan FBI. Saya memberi komputer saya kepada mereka, telepon saya dan segala sesuatu yang lainnya untuk menunjukkan bahwa saya tidak bersalah. Mereka mengatakan mereka akan mengembalikan barang-barang saya.”
“Dan agen FBI mengatakan kepada saya bahwa mereka akan menutup kasus saya.”
Seorang juru bicara FBI di Boston menolak mengomentari kasus yang sedang berlangsung – tetapi menyampaikan laporan terbaru bahwa Misha tidak ada hubungannya dengan Bom Boston.
Misha juga sempat dituduh oleh Ruslan sebagai orang yang telah “meradikalisasi” keponakannya. Mikhail pun akhirnya dikenal hanya dengan nama “Misha”.
Spekulasi seputar identitasnya pun berkembang. Namun karena dia tak kunjung muncul, maka ada pula yang menduga bahwa sosoknya tidak benar-benar nyata.
Bagaimanakah awal mula rumor tentang “pencuci otak” Tamerlan ini berhembus di berbagai media?
“Dimulai pada tahun 2009. Dimulai di sana, di Cambridge,” klaim Ruslan di Maryland kepada CNN setelah serangan Boston terjadi. “Orang itu mencuci otaknya [Tamerlan] sepenuhnya.”
FBI bahkan dilaporkan telah mendatangi sebuah masjid tempat Tamerlan biasa melaksanakan shalat di Cambridge, Massachusett hanya karena Tamerlan dikabarkan masih beribadah di masjid itu beberapa minggu sebelum Bom Boston terjadi.
Kemudian pada Jumat (26/4), FBI menyatakan bahwa mereka sekarang sudah mengetahui orang yang dikenal sebagai “Misha” yang dituduh Ruslan sebagai orang telah “meradikalisasi” Tamerlan.
Sebelumnya, Ruslan menyebutkan bahwa Misha adalah seorang Armenia berusia 30-an dengan janggut merah dan bahwa Misha telah menghilang – tidak lagi tinggal di Cambridge, daerah Massachusetts. Selain itu, Ruslan juga mengatakan bahwa beberapa tahun sebelum Bom Boston, Tamerlan telah jatuh di bawah pengaruh kuat seorang teman baru, seorang Kristen yang masuk Islam dan yang mengarahkan Tamerlan untuk mengadopsi pandangan Islam yang kuat.
Tamerlan Tsarnaev telah meninggal dunia pada hari Jumat (19/4) setelah ia ditangkap dan ditembak oleh polisi AS, empat hari setelah pemboman pada tanggal 15 April.
Sementara adik Tamerlan, Dzhokhar Tsarnaev, telah didakwa AS pada Senin (22/4) lalu dengan dakwaan penggunaan senjata pemusnah massal untuk membunuh, dan ia diklaim bisa menghadapi hukuman mati jika “terbukti” bersalah.
Tamerlan (26) dan Dzhokhar Tsarnaev (19) adalah kakak beradik yang dituduh sebagai pelaku Bom Boston. Kedua orang tua mereka, Anzor Tsarnaev (47) dan Zubeidat Tsarnaeva (47), membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa kedua putra mereka tidak bersalah. Zubeidat menegaskan bahwa, jika AS mencurigai kedua putranya atas sesuatu, mereka bisa saja menangkap hidup-hidup dan mengadilinya, bukan langsung menembak keduanya [yang tak bersenjata] dalam penangkapan [dan bahkan membunuh Tamerlan].
Sementara itu, sebelum Mikhail “Misha” melakukan klarifikasi, berbagai spekulasi terus digulirkan oleh Ruslan. Ruslan mengatakan bahwa di bawah asuhan seorang teman yang dikenal keluarga Tsarnaev hanya sebagai “Misha” itu, Tamerlan kemudian berhenti bertinju dan berhenti belajar musik, serta mulai menentang perang di Afghanistan dan Irak.
Menurut Ruslan itu adalah “radikalisasi” dan “radikalisasi” Tamerlan berlangsung di hadapan ibunya, Zubeidat.
Ruslan juga mengklaim bahwa hubungan antara Tamerlan dengan Misha bisa menjadi petunjuk dalam memahami motif di balik serangan [Bom Boston] itu.
Belakangan dikabarkan bahwa ternyata paman Tsarnaev bersaudara itu pernah menikah dengan anak bos CIA dan juga pernah bekerja untuk CIA.
Sementara berbagai klaim Ruslan mengenai peran “pencuci otak” Tamerlan terus bergulir, media-media AS memberitakan bahwa selama berada di ruang interogasi di rumah sakit, adik Tamerlan, Dzhokhar, telah menyatakan kepada agen FBI bahwa ia dan kakaknya mendengarkan ceramah Syaikh Anwar Al-Awlaki di internet. Syaikh Anwar Al-Awlaki adalah ulama senior AQAP, seorang mujahid kelahiran Amerika yang telah syahid, InsyaAllah, dalam serangan pesawat tak berawak AS di Yaman pada September 2011.
Ulama karismatik ini oleh pemerintahan Obama malah dipandang sebagai seorang teroris berbahaya karena khutbah-khutbah dan pemikirannnya tentang AS.
Seiring dengan berbagai pemberitaan yang menyerang Tsarnaev bersaudara, Elmirza Khozhugov (26), mantan suami adik Tamerlan, Ailina, juga turut bersuara. Tsarnaev bersaudara beremigrasi pada tahun 2002 atau 2003 dari Dagestan. Menurut Elmirza, keluarga Tsarnaev adalah pemeluk Islam Sunni, namun mereka tidak rutin ke masjid dan jarang membahas agama.
Kemudian Elmirza menambahkan bahwa pada tahun 2008 atau 2009, Tamerlan bertemu Misha, pria yang digambarkan berjanggut panjang kemerahan. Elmirza tidak tahu di mana mereka bertemu tapi dia meyakini bahwa mereka menghadiri sebuah masjid di area Boston bersama.
Elmirza mengklaim bahwa Misha pernah datang ke rumah keluarga Tsarnaev di luar Boston dan duduk di dapur, mengobrol dengan Tamerlan selama berjam-jam.
“Misha menjelaskan kepadanya tentang apa itu Islam, apa yang baik dalam Islam, apa yang buruk dalam Islam,” kata Elmirza, yang mengklaim turut hadir dalam percakapan mereka. “Ini adalah agama terbaik. Muhammad [Sallallahu Alaihi wa Sallam] bersabda begini dan Muhammad [Sallallahu Alaihi wa Sallam] bersabda begitu … “
Namun demikian, dalam klarifikasinya, Misha telah membantah bahwa dia pernah bertemu dengan salah satu keluarga Tamerlan yang telah mengatakan bahwa dia terlihat mendiskusikan Islam dengan Tamerlan sampai malam di meja dapur keluarga.
Kemudian Elmirza menambahkan bahwa percakapan Misha dan Tamerlan berlanjut sampai ayah Tamerlan, Anzor, pulang kerja.
“Hari sudah tengah malam,” kata Elmirza. “Ayahnya datang dan mengatakan, ‘Mengapa Misha pulang terlambat dan masih ada di rumah kita?’ Dia [Anzor] bertanya dengan sopan. [Saat itu] Tamerlan begitu fokus dengan percakapannya sehingga dia tidak mendengar [ayahnya].”
Elmirza mengatakan bahwa ibu Tamerlan, Zubeidat, mengatakan kepada Anzor untuk tidak khawatir.
“Jangan mengganggu mereka,” Elmirza mengaku mengingat perkataan Zubeidat. “Mereka berbicara tentang agama dan hal-hal yang baik. Misha yang mengajarinya untuk menjadi baik.”
Seiring berjalannya waktu, Tamerlan terus mempelajari Islam.
“Ketika Misha akan mulai berbicara, Tamerlan akan berhenti berbicara dan mendengarkan. Ini membuat marah ayahnya karena Tamerlan tidak mendengarkan ayahnya seperti dia mendengarkan Misha,” kata Elmirza.
Elmirza menambahkan bahwa Anzor menjadi khawatir. Kekhawatiran seorang ayah karena anaknya lebih tertarik berbincang dengan temannya dari pada dengan ayahnya sendiri pada saat itu. Anzor pun dikabarkan telah mengungkapkan kekhawatirannya kepada saudaranya.
“Saya tidak mendengar tentang orang lain selain tentang mualaf ini. Benih untuk mengubah pandangannya [Tamerlan] ditanam di Cambridge,” klaim Tsarni.
Media-media AS juga memberitakan bahwa Tamerlan menjadi pembaca setia situs jihad dan propaganda “ekstrimis”. Dia membaca majalah Inspire, sebuah publikasi berbahasa Inggris yang dikeluarkan oleh Al-Qaeda, menurut dua pejabat AS.
Elmirza menyatakan bahwa Tamerlan menyukai musik, beberapa tahun yang lalu ia pernah mengirimkan lagu kepada Elmirza yang ia susun dalam bahasa Inggris dan Rusia. Tamerlan mengatakan akan memulai sekolah musik.
Enam minggu kemudian, Elmirza mengatakan, mereka berdua berbicara lewat telepon. Elmirza bertanya bagaimana sekolah musiknya.
“Aku berhenti,” kata Tamerlan.
“Mengapa Kau berhenti?” tanya Elmirza. “Kau baru saja mulai.”
“Musik dilarang dalam Islam,” jawabnya.
“Siapa yang bilang begitu?”
“Misha bilang tidak baik menciptakan musik. Mendengarkan musik juga benar-benar tidak baik,” kata Tamerlan, menurut Elmirza.
Elmirza menambahkan, “Ia tidak pernah mengatakan ia membenci Amerika atau ia membenci orang-orang Yahudi,” kata Elmirza. “Tapi ia cukup agresif terhadap ‘kebijakan-kebijakan’ AS terhadap negara-negara dengan populasi Muslim. Ia tidak menyukai perang.”
Sementara itu, salah satu tetangga Tsarnaev bersaudara, Albrecht Ammon, mengatakan dia mengingat pertemuannya dengan Tamerlan di mana Tamerlan berdebat tentang kebijakan luar negeri AS, perang di Afghanistan dan Irak.
“Ia tidak membenci warga Amerika,” kata Albrecht. Senada dengan Elmirza, Albrecht juga menyatakan bahwa Tamerlan hanya tidak setuju dengan “kebijakan” AS [di negeri-negeri kaum Muslimin].
Elmirza menambahkan, “Misha itu penting,” katanya. “Tamerlan sedang mencari sesuatu. Dia sedang mencari sesuatu di luar sana.”
Namun demikian, ibu Tamerlan membantah laporan bahwa anaknya telah menjadi “radikal” karena “mualaf misterius” bernama Misha.
“Omong kosong. Dia hanya teman Tamerlan,” kata Zubeidat kepada ABC News melalui telepon sesaat sebelum dia duduk dengan investigator FBI untuk wawancara hari kedua di Dagestan.
Zubeidat mengungkapkan bahwa Misha tahu banyak tentang Islam dan begitu menarik untuk belajar darinya, tetapi Zubeidat membantah pandangan-pandangannya “ekstrim”.
Dia mengatakan hubungan mereka dengan Misha hanya sebentar karena Misha pindah ke tempat lain di Amerika Serikat. Dia tidak mengatakan pindah ke mana tepatnya. Jadi, hubungan antara keluarga Tsarnaev dengan Misha hanya sebatas itu.
Sepanjang mempelajari Islam, Tamerlan menyampaikan ilmu yang ia peroleh kepada saudara-saudaranya.
“Mereka semua menyayangi Tamerlan. Ia adalah anak yang tertua dan ia, dalam banyak hal, adalah panutan bagi adik-adiknya,” kata Elmirza.
“Kalian selalu bisa mendengar adik-adiknya berkata, ‘Tamerlan berkata begini,’ dan ‘Tamerlan berkata begitu.”
“Bahkan mantan istri saya (Ailina) sangat menyayangi kakaknya itu dan begitu menghormatinya,” kata Elmirza. Saya mengatakan akan berargumen dengan dia (Ailina) jika Tamerlan mengambil tempat saya, dan dia setuju, “OK, jika Tamerlan bilang begitu.”
Elmirza mengatakan dia dekat dengan Tamerlan ketika dia menikah dengan adiknya dan mereka terus berhubungan namun berpisah dalam dua tahun terakhir ini.
Elmirza berbicara kepada AP dari rumahnya di Almaty, Kazakhstan.
“Tentu saja saya kaget dan terkejut bahwa dia [Tamerlan dijadikan] tersangka No. 1,” kata Elmirza, mengingat hari setelah pemboman ketika FBI mengidentifikasi Tamerlan sebagai tersangka utama.
“Tapi setelah beberapa jam memikirkan hal itu, saya berpikir mungkin bahwa ia melakukannya.”
Belakangan juga diketahui bahwa, bagaimanapun, Elmirza -bekas adik ipar Tamerlan itu- tidak diterima oleh keluarga Tsarnaev karena dia bukan seorang Muslim, lansir policymic.
Sementara berbagai spekulasi terus bergulir dan seiring dengan pernyataan dan atau klaim Misha, Ruslan, Elmirza, Albrecth dan yang lainnya, pejabat AS mengklaim telah melakukan wawancara tertulis dengan Dzhokar yang masih terbaring di rumah sakit. Mereka kemudian mengumumkan bahwa AS meyakini bahwa Dzhokhar dimotivasi oleh sebuah pandangan keagamaan. Namun, tidak jelas pandangan apa yang dimaksud.
Namun demikian, dalam konferensi pers di Dagestan pada Kamis (24/4) lalu, orang tua Tsarnaev bersaudara mengatakan bahwa kondisi Dzhokhar masih terlalu lemah untuk bisa berbicara dan menulis [akibat terkena tembakan polisi yang mengenai leher dan tembus ke bagian kerongkongannya, serta beberapa tembakan di bagian tubuhnya yang lain].
Meskipun belum bisa menemui Dzhokhar di AS, menurut Zubeidat, dengan kondisi putranya yang demikian, ia tidak mungkin telah menuliskan jawaban interogasinya di kertas seperti yang diklaim pejabat AS.
Sementara itu, saluran TV Al-Arabiya melaporkan bahwa hanya beberapa jam sebelum penangkapannya, Dzhokhar berhasil menulis di halaman facebooknya dan menyatakan bahwa ia tidak ada hubungannya dengan insiden itu dan semuanya telah disetting, seperti dilansir KC pada Senin (22/4).
Di halaman facebook-nya, Dzhokhar dikabarkan sempat menulis kepada ayahnya :
“Ini akan menjadi pesan terakhir sebelum polisi menangkapku. Aku tidak pernah melakukannya. Mereka menjebakku. Ayah, maafkan aku. Maafkan aku (ini) jadi seperti ini.” (banan/arrahmah.com)