WASHINGTON (Arrahmah.com) – Menurut pemberitaan situs NPR, survei dari sejumlah veteran perempuan tahun 2003 ditemukan bahwa 30 persen di antara mereka mengalami perkosaaan selama bertugas. Sebuah studi tahun 2004 mengenai veteran yang sedang melakukan penanganan medis untuk kelainan pasca-traumatic stress, ditemukan bahwa 71 persen perempuan mengatakan mereka diserang secara seksual atau diperkosa pada saat sedang bertugas. Dan penelitian tahun 1995 mengenai veteran perempuan perang Teluk dan perang-perang sebelumnya, ditemukan bahwa 90 persen telah dilecehkan secara seksual.
BBC pun baru-baru ini melaporkan sebuah buku dengan judul “The Lonely Soldier: The Private war of Women Serving in Iraq” yang ditulis Helen Benedict, yang isinya memaparkan kesulitan besar yang harus dialami oleh tentara perempuan yang ditugaskan di luar Amerika. Benedict mewawancarai beberapa perempuan dalam tubih militer AS, dan beberapa cerita mereka itu benar-benar di luar dugaan.
Spesialis tentara Chantelle Henneberry berbicara tentang beberapa pengalamannya di Irak, “Semua orang seharusnya memiliki teman pertempuran dalam angkatan bersenjata, dan perempuan seharusnya memiliki satu orang yang akan menemaninya saat harus pergi ke toilet, atau ke kamar mandi, sehingga anda tidak diperkosa oleh salah seorang pria saat anda sedang sendiri. Tapi karena saya adalah perempuan satu-satunya di sana, saya tidak punya teman. Teman saya adalah pistol dan pisau.”
Studi lain menyimpulkan bahwa 90% dari semua perempuan yang bertugas di dalam militer AS telah mengalami pelecehan secara seksual. Studi lainnya memperkirakan bahwa 90% dari semua korban perkosaan tidak melapor.
Sebuah diskusi online dari seorang mantan tentara AS yang identitasnya dirahasiakan mengatakan, “Setidaknya tidak ada lagi hari dimana saya dilecehkan. Saat itu adalah hari-hari yang sangat buruk bagi anda. Tak seorang pun dari teman-teman saya yang diperkosa mau melaporkan tindak kejahatan yang menimpanya. Atau jika kita mencoba melapor, kami dipaksa tutup mulut atas nama ‘moral’. Bekerja dengan pemerkosa Anda setiap hari sama sekali bukan hal yang menyenangkan, percayalah.”
Pada tahun 2008, hanya 62% dari pelaku terkena jerat hukum akibat pelecehan seksual atau pemerkosaan. Itupun hanya menerima hukuman yang sangat ringan, seperti penurunan pangkat, skorsing, atau teguran tertulis.
Namun ternyata masalah ini tidak hanya terjadi dalam tubuh militer AS. Pelanggaran kehormatan ini pun merajalela di kalangan kontraktor pertahanan swasta AS di luar negeri. Seperti halnya yang dialami oleh Jamie Leigh Jones. Kontraktor perempuan ini dibius dan diperkosa oleh tujuh rekan kerjanya dari Halliburton/KBR saat sedang berada di Irak tahun 2005, dan Jones mengalami luka yang sangat serius. KBR hanya memberinya sebuah tempat tidur, tanpa makanan, air, dan perawatan medis.
Budaya kekerasan seksual terhadap perempuan ini sepertinya bukan hal yang aneh, baik di dalam militer AS maupun kontraktor swasta negeri Paman Sam ini. Dan banyak kalangan yang meminta pemerintah bertindak tegas untuk mengakhiri budaya yang tak bermoral ini. Saat hampir sepertiga dari semua perempuan yang ditugaskan mengalami pemerkosaan dan lebih dari dua pertiganya mengalami penyerangan secara seksual, namun masalah ini masih merajalela dan semakin sistemik di Amerika Serikat. (althaf/npr/njp/arrahmah.com)