BEKASI (Arrahmah.com) – Ribuan jamaah memadati mesjid Nurul Islam, Islamic Center, Bekasi. Mereka haus akan informasi mengenai buku trio mujahid yang seharusnya telah terbit di akhir tahun 2008, namun hingga hari ini, buku ketiganya belum juga muncul di pasaran.
Ar Rahmah media bekerjasama dengan Majelis ilmu Ar Royyan, mengadakan Kuliah Umum dan Bedah Buku Trio Syuhada siang ini, dimulai sekitar pukul 12.30 hingga 15.15. Ribuan masa yang hadir mendengarkan ceramah dari Ust. Abu Jibriel yang dilanjutkan dengan penuturan dari keluarga Trio Mujahid, dengan antusian tinggi. Terbukti, di sesi tanya jawab, peserta yang hadir mengeluarkan seluruh pertanyaan yang selama ini mengganjal di hati mereka untuk mendapatkan jawaban pasti dan menghilangkan keraguan. Bahkan, waktu untuk sesi tanya jawab yang disediakan panitia, tidak mencukupi.
Dalam ceramahnya, Ust. Abu Jibriel menjelaskan dengan rinci syubhat-syubhat seputar jihad yang selama ini beredar di kalangan ummat Islam. Mereka (segelintir ummat Islam-red) menakwilkan ayat sekehendak hati mereka untuk mendukung sikap mereka yang enggan keluar rumah untuk berjihad menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Syubhat yang sering kita dengar adalah, orang yang berjihad menegakkan syariah di Negara yang dipimpin oleh orang Islam (Muslim) dianggap sebagai pemberontak dan khawarij, karena mereka menganggap bahwa kepemimpinan Negara sekuler yang dipegang mayoritas muslim sekarang adalah sama dengan pemerintahan khilafah dahulu. Pemahaman inilah yang memunculkan sekelompok muslimin yang kesibukannya mencerca golongan mujahid sebagai khawarij dan pemberontak kepada amirul mukminin.
Syubhat tersebut dibantah dengan jelas oleh Ust. Abu Jibriel. Yaitu salah satunya, penguasa yang sah menurut syariat Islam ditinjau dari segala seginya baik dari segi persyaratan maupun system pembuatannya (pelantikannya), dan dalam menjalankan roda pemerintahan, menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan syariat serta menerapkan hokum Allah pada negeri dan rakyatnya diseluruh wilayah pemerintahan. Rakyat wajib memberikan wala’ (loyalitas) secara utuh terhadap pemerintahan jenis ini.
Namun penguasa yang ada sekarang ini, apakah mereka pantas disebut amirul mukminin? Padahal secara fakta, mereka tidak menggunakan hukum Allah dalam melaksanakan pemerintahan dan kehidupan sehari-hari bagi rakyatnya. Mereka membuat hukum sendiri (demokrasi) yang jelas-jelas berkiblat ke barat (orang-orang kafir). Maka, apakah salah, jika kita berjihad menegakkan Islam terhadap penguasa macam ini? Dan masih banyak syubhat lainnya yang dikupas oleh Ust. Abu Jibriel dalam kuliah umum siang ini.
Selain ceramah yang disampaikan oleh Ust. Abu Jibriel, Majelis Ilmu Ar Royyan juga mendatangkan pihak keluarga Trio Mujahid untuk menuturkan perjalanan hidup mereka hingga menemui ajal sebagai syuhada (Insya Allah). Ust. Ali Fauzi (adik asy-syahid Amrozi) mengatakan, “Bang Rozi (panggilan Amrozi-red) diantara ketiganya, bukanlah apa-apa, beliau tidak pernah nyantri, dulunya beliau adalah pembalap abangan,” begitulah Ust. Ali Fauzi mengisahkan mengenai abangnya. Berbeda dengan asy-syahid Amrozi (Insya Allah) asy-syahid Imam Samudra dikisahkan berbeda oleh Lulu Djamaluddin, adik kandungnya, “Kang Azis (sapaan Imam Samudra-red) adalah orang yang serius, senang membaca dan mencari tahu banyak hal.”
Masih banyak penuturan dari pihak keluarga yang mengungkapkan tentang jati diri Trio Mujahid, siapa sebenarnya Trio Mujahid semasa hidupnya hingga bisa terjun ke dunia jihad. Di akhir cerita, Lulu mengungkapkan, kakak kandungnya, dua jam sebelum dibunuh oleh Pemerintah Indonesia masih sempat menuliskan memo untuk istri, anak dan keluarganya. Memo itu telah diserahkan ke tangan Ustadzah Zakiyah (istri Imam Samudra). Dalam salah satu memonya terdapat kalimat, “Jangan anggap ini sebagai suatu kekalahan,” begitulah asy-syahid Imam Samudra berujar.
Di akhir acara, panitia mengumumkan Insya Allah tanggal 20 Januari mendatang, buku ketiganya dapat dimiliki oleh khalayak yang tidak sabar mengetahui isi buku tersebut. (Hanin Mazaya/arrahmah.com)