MOSKOW (Arrahmah.com) – Pengusaha eksentrik Rusia Yuri Milner menyimpan teleskop di kantornya lantai 57 gedung Nabarezhnaya Tower Moskow. Dengan merujuk portofolio investasinya, teleskop itu bisa saja untuk mengawasi Silicon Valley di AS.
Target Milner adalah membeli perusahaan internet di seluruh dunia, dengan tujuan utama adalah penawaran saham perdana dari institusi itu. Goldman Sachs (GS), Manajer Keuangan Tiger Global dan penguasa oligarki Rusia Alisher Usmanov telah menginvestasikan uangnya di Digital Sky Technologies.
Pada 12 April lalu, penyedia layanan internet China Tencent juga membeli sekitar 10% saham perusahaan Rusia tersebut. Sejak membayar US$200 juta (Rp1,8 triliun) untuk kepemilikan 2% dari Facebook akhir Mei 2009, Milner telah meningkatkan porsi saham menjadi hampir 10% dengan nilai sekitar Rp18 triliun, dengan membeli saham dua orang pemilik situs jejaring sosial itu.
Pada 19 April, Digital Sky Technologies mengambil mayoritas saham Groupon senilai US$135 juta (Rp1,2 triliun) di situs berbasis di Chicago yang menawarkan kupon untuk restoran dan museum.
Pada Desember, Digital Sky Technologies merupakan investor terbesar di grup yang menggelontorkan uang sebesar Rp1,62 miliar kepada pembuat game populer di Facebook Zynga.
Miler adalah penasihat terpercaya, menurut CEO Zynga Mark Pincus.
Langkah Digital Sky Technologies belum berhenti. Pada 28 April membayar US$188 juta (Rp1,7 triliun) pada layanan instant messenger AOL yakni ICQ.
Ada kemungkinan, bersama investor Jim Breyer yang memiliki firma permodalan Accel Partners, Milner tengah mendiskusikan kemungkinan investasi di layanan chat-video Chatroulette.
“Yuri memiliki pemahaman bagaimana aplikasi sosial akan berkembang secara global,” ujar Breyer, yang mempromosikan Milner untuk menangani Groupon. “Saya ingin melihat kami bekerjasama lebih dalam lagi.”
Dua puluh staf yang menjadi tulang punggung Milner termasuk tujuh orang analis, semuanya veteran Goldman Sachs, Morgan Stanley (MS) atau Citibank. Mereka mengikuti gaya kepemimpinannya yang tidak ada kompromi.
Analis menyimpan 50 properti internet dalam daftar investasi potensial Milner. “Saya mengikuti jejak perusahaan untuk satu, dua atau tiga tahun sebelum membelinya,” ujar Milner.
Sebelum mengucurkan banyak uang pada nama besar semacam Facebook, Milner secara khusus membeli perusahaan lebih kecil seperti Eastern European. Ia menggunakan strategi itu untuk lebih mengerti model bisnisnya.
Sebelum Facebook, dia pernah menginvestasikan uangnya di lima situs jejaring sosial termasuk Vkontakte.ru, situs jejaring sosial terbesar di Rusia. “Milner dan tim Digital Sky Companies adalah ensiklopedi berjalan dari model bisnis internet,” ujar kapitalis dan anggota badan Facebook Marc Andreesen.
Milner menghabiskan 75% waktunya berkelana untuk menemui pemilik awal dan seringkali berada di Amerika Serikat. Ketika dia kembali ke Moskow, perbedaan waktu 11 jam dengan Silicon Valley secara berkala membuatnya tiba larut malam.
“Saya tidak tahu kapan dia tidur,” ujar saudaranya Marina Istomina, Direktur Dana Investasi Kultural di Bank Dunia. “Mungkin dia tidur di sela waktu terjaganya, layaknya sebuah komputer.”
Milner mengawali karirnya sebagai fisikawan teoritis di Moskow sebelum memutuskan tidak bisa hidup hanya dengan penghasilan US$5 (Rp 45 ribu) per bulan. Dia pernah bekerja sebagai supir taksi lalu mendirikan bisnis penjualan komputer IBM di belakang sedan ayahnya Zhiguli.
Pada 1990 dia mendapatkan beasiswa ke Universitas Pennsylvania Wharton School. Segera setelah memperoleh gelar MBA di 1992, dia pulang dan memimpin perlawanan Red October di Moskow. Lalu dia mengambil alih portal bermasalah Mail.ru dan mengubahnya menjadi situs berbahasa Rusia terbaik.
Milner mengatakan dia menginvestasikan uangnya untuk jangka panjang, bisa disejajarkan dengan gaya Warren Buffet. Dengan menggunakan bingkai waktu tersebut, sulit mengatakan seberapa sukses dirinya. Tetapi berkat aliran dana dari situs seperti Mail.ru dan Vkontakte.ru, Digital Sky menjadi sangat menguntungkan. (ini/arrahmah.com)