KHARTOUM (Arrahmah.com) – Jumat (20/5/2011), militer Sudan Utara dan Sudan Selatan saling menyalahkan mengenai serangan di wilayah sengketa di perbatasan, Abyei, yang menandai ketegangan dalam proses pemisahan diri wilayah Selatan.
Militer Sudan Selatan menuduh Sudan Utara menggunakan tank dan artileri dalam serangan terhadap empat desa pada Jumat (20/5).
Meskipun militer Khartoum belum mengeluarkan komentar tapi sebelumnya telah menuduh tentara Sudan Selatan menyergap tentara Sudan Utara yang melakukan perjalanan dalam rombongan bersama dengan personel pemelihara perdamaian PBB pada Kamis (19/5) lalu.
Sementara itu, tentara Sudan Selatan (SPLA) menyatakan pasukan Khartoum telah menyerang personel SPLA dan pasukan polisi di empat desa pada Jumat (20/5).
“Mereka menggunakan bom, artileri jarak jauh, bahkan tank,” kata juru bicara SPLA Philip Aguer. “Kami belum tahu jumlah korban jiwa. Bom masih berjatuhan sore ini, ketika saya menerima laporan paling akhir.”
Seperti yang ditulis AntaraNews, juru bicara Misi PBB di Sudan (UNMIS) sebelumnya mengatakan bentrokan artileri meletus di daerah Todach dan Tagalei, tapi belakangan mengatakan ia perlu mengkonfirmasi laporan tersebut,.
Warga Sudan Selatan melakukan pemungutan suara untuk memisahkan diri dari Sudan Utara dalam referendum pada Januari, yang disepakati berdasarkan persetujuan perdamaian 2005.
Tapi ketegangan telah meningkat di wilayah perbatasan penghasil minyak Abyei, tempat kedua pihak telah mengirim tentara.
Sudan Utara, yang kebanyakan warganya Muslim, dan Selatan –yang warganya terdiri atas pemeluk Kristiani dan kepercayaan tradisional– terlibat perang saudara selama beberapa dasawarsa sehingga menewaskan sebanyak 2 juta orang. Perang itu berakhir melalui kesepakatan perdamaian 2005, yang menghasilkan referendum mengenai kemerdekaan Sudan Selatan. (rasularasy/arrahmah.com)