NIGERIA (Arrahmah.id) — Angkatan bersenjata Nigeria dikabarkan melakukan pelanggaran hukum humaniter dalam perang melawan militan. Mereka dilaporkan membantai anak-anak dalam beberapa operasi untuk memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS).
Dilansir Reuters (12/12/2022), dalam sebuah laporan disebutkan bahwa lebih dari 40 anggota militer dan warga sipil menjadi saksi kekejian tersebut.
Saksi mengungkap kepada media bahwa mereka menyaksikan militer Nigeria membunuh atau melihat mayat anak-anak Nigeria setelah operasi militer. Ribuan anak diperkirakan menjadi korban dari tindakan naas tersebut.
Seorang ibu beranak dua, Yaganan Bukar, mengungkapkan alasan militer membunuh anaknya.
“Tentara mengatakan mereka membunuh anak-anak itu karena mereka adalah anak ISIS, mereka bukan manusia,” kata Bukar.
Pendapatnya itu dikuatkan oleh pernyataan salah satu mantan tawanan.
“Mereka mengancam saya bahwa jika saya tidak hati-hati dan tidak diam, mereka akan membunuh saya juga,” ungkap sumber yang tidak disebutkan secara detail itu.
Beberapa orang tua mengaku risau karena anak-anak mereka dibawa oleh militer dan tidak pernah kembali. Tidak dapat dipastikan bahwa apakah anak-anak mereka masih hidup atau sudah mati.
“Tolong, lakukan apa yang bisa Anda lakukan. Agar beritanya bisa viral, sehingga jika anak saya masih hidup, dia bisa kembali kepada saya,” kata seorang ayah kepada reporter sambil memohon.
Dalam beberapa kasus, sebagian besar anak-anak dibunuh dengan ditembak dari belakang oleh tentara ketika mencoba melarikan diri. Selain itu, mereka juga dikabarkan dibunuh dengan beberapa metode lainnya seperti dicekik atau diracuni.
Pembunuhan anak-anak yang ditargetkan sering kali tidak terdeteksi dan ditutup-tutupi oleh militer. Pembunuhan sering terjadi di desa-desa kecil yang terpencil, di mana hanya ada sedikit komunikasi dengan kota-kota lain. Saksi dan kerabat ketakutan hingga diam, dan mayat dikuburkan atau dibakar, menurut berbagai sumber.
Pemimpin militer Nigeria, Mayor Jenderal Christopher Musa, menyangkal isu pembantaian tersebut. Menurutnya tentara tidak pernah menargetkan anak-anak untuk dibunuh.
Pihak militer juga mengatakan bahwa laporan Reuters merupakan penghinaan terhadap warga Nigeria, dan bagian dari upaya asing untuk merusak perjuangan negara melawan pemberontak.
“Itu tidak pernah terjadi, tidak terjadi, tidak akan terjadi. Itu bukan karakter kami. Kami sangat profesional. Kami adalah manusia, dan ini adalah orang Nigeria yang telah Anda bicarakan,” ungkap Musa.
Jenderal Lucky Irabor, kepala staf pertahanan Nigeria, tidak ingin memberikan komentar.
Sementara, direktur informasi pertahanan militer Nigeria, Mayor Jenderal Jimmy Akpor, juga membantah laporan itu. Menurutnya, tuduhan terkait pembantaian anak-anak itu tidak berdasar.
“Personel militer Nigeria dibesarkan dan dilatih lebih lanjut untuk melindungi kehidupan, bahkan dengan risiko mereka sendiri, terutama jika menyangkut kehidupan anak-anak, wanita, dan orang tua,” katanya.
Namun demikian, dalam laporan lanjutan disebutkan bahwa aksi pembunuhan terhadap anak-anak juga sering dilakukan para perwira untuk membalas kekalahan mereka dalam pertempuran melawan ISIS. Tentara menjadikannya alat untuk melampiaskan kemarahan mereka atas kematian rekan-rekannya.
“Saya tidak melihat mereka sebagai anak-anak, saya melihat mereka sebagai ISIS,” kata seorang tentara, yang mengatakan bahwa sahabatnya ditembak mati oleh militan Islam.
Tentara itu mengatakan, dia telah membunuh anak-anak dengan tangannya sendiri.
“Jika saya mendapatkan mereka, saya tidak akan menembaknya. Saya akan menggorok leher mereka, saya menikmatinya,” ungkapnya.
Tentara lain mengatakan, mereka mengadopsi sikap bunuh-atau-dibunuh terhadap anak-anak, karena militan Islam menggunakan mereka sebagai pejuang, informan, dan pelaku bom bunuh diri. (hanoum/arrahmah.id)