GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan ‘Israel’ mengumumkan telah menguasai sekitar 30% wilayah Gaza dan mengubahnya menjadi “perimeter keamanan operasional”. Sementara itu, badan pertahanan sipil Gaza melaporkan setidaknya 37 orang tewas dalam serangan ‘Israel’ pada Kamis (17/4/2025), sebagian besar merupakan pengungsi yang tinggal di tenda-tenda darurat.
Dalam pernyataan resmi, militer ‘Israel’ mengklaim telah menyerang sekitar 1.200 “target teroris” dari udara dan melakukan lebih dari 100 operasi darat sejak melanggar gencatan senjata dan melanjutkan perang di Gaza pada 18 Maret lalu.
Menurut ‘Israel’, perluasan “zona penyangga” ini memungkinkan mereka untuk “mengendalikan penuh beberapa area dan rute penting di seluruh Gaza”.
Di sisi lain, PBB memperkirakan sekitar 500.000 warga Palestina telah mengungsi sejak ‘Israel’ kembali melancarkan serangan militer di Gaza.
“Mitra kemanusiaan kami memperkirakan sejak 18 Maret, sekitar setengah juta orang terpaksa mengungsi atau harus berpindah lagi,” kata Stephanie Tremblay, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, pada Rabu (16/4).
Gaza yang Semakin Menyempit dan Terisolasi
‘Israel’ juga menyatakan akan terus memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza, meski mendapat peringatan dari kelompok HAM tentang kondisi mirip kelaparan akibat menipisnya pasokan kebutuhan pokok.
“Kebijakan ‘Israel’ jelas: Tidak ada bantuan kemanusiaan yang akan masuk ke Gaza,” tegas Menteri Pertahanan ‘Israel’ Yisrael Katz. Ia menambahkan bahwa pemblokiran bantuan merupakan “salah satu alat tekanan utama” terhadap Hamas.
Katz juga menyebut bahwa militer ‘Israel’ sengaja membuat Gaza “semakin kecil dan terisolasi”.
Kelompok aktivis ‘Israel’, Breaking the Silence, mengutuk pernyataan tersebut di platform X, menyebut “zona penyangga” sebagai “pembersihan etnis dalam skala besar”.
Badan kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan bahwa kelangkaan sumber daya dan blokade bantuan telah menyebabkan kasus malnutrisi akut melonjak di kalangan anak-anak Gaza. Bulan lalu, setidaknya 3.696 anak Palestina terdiagnosa malnutrisi akut.
Upaya Pembebasan Tawanan dan Serangan Terus Berlanjut
Kantor Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan pada Rabu malam (16/4), menyatakan bahwa Netanyahu telah memerintahkan tim negosiasinya untuk terus berupaya membebaskan tawanan yang masih ditahan di Gaza.
Sementara itu, badan pertahanan sipil Gaza melaporkan 37 orang tewas dalam serangan ‘Israel’ pada Kamis (17/4), sebagian besar adalah pengungsi yang berlindung di tenda-tenda.
Para penyintas menceritakan ledakan besar di permukiman padat pengungsi yang menyebabkan banyak tenda terbakar.
“Kami sedang duduk tenang di tenda, tiba-tiba melihat cahaya merah, lalu tenda meledak dan tenda di sekitarnya terbakar,” kata Israa Abu al-Rus kepada AFP.
“Area ini seharusnya aman di Al-Mawasi, tapi tiba-tiba saja meledak. Kami lari ke arah laut dan melihat tenda-tenda terbakar.”
Setelah ‘Israel’ menetapkan Al-Mawasi sebagai “zona aman” pada Desember 2023, puluhan ribu warga Palestina berbondong-bondong ke sana untuk mencari perlindungan dari serangan ‘Israel’. Namun, wilayah itu justru kerap menjadi sasaran serangan.
Sumber medis di Gaza juga melaporkan setidaknya 35 orang tewas dalam serangan dini hari Rabu (16/4).
‘Israel’ semakin meningkatkan serangan pada Kamis pagi (17/4), dengan kapal perangnya yang berjaga di lepas pantai Gaza menembaki wilayah barat Kota Gaza, sebelum serangan dilanjutkan ke area lain termasuk Rafah dan Khan Yunis.
Duka juga mengalir untuk Fatima Hassouneh, seorang jurnalis Palestina, dan 10 anggota keluarganya yang tewas dalam serangan udara ‘Israel’ ke rumah mereka di Kota Gaza pada Rabu (16/4).
Kantor media pemerintah Gaza menyatakan lebih dari 50.000 warga Palestina telah gugur di tangan ‘Israel’ sejak Oktober 2023, dengan jumlah korban yang terkubur reruntuhan dan diduga telah meninggal belum termasuk dalam perhitungan. (zarahamala/arrahmah.id)