Gaza (arrahmah) – Pasukan darat Israel akhirnya menarik diri dari Gaza Utara, Selasa pagi, setelah melancarkan serangan yang menewaskan lebih dari 100 warga sipil.
Sumber-sumber militer Israel mengakui pihaknya kesulitan menghadapi perlawanan Palestina bersenjata yang berlangsung di utara Jalur Gaza.
Meski militer memiliki peralatan perang paling lengkap di Timur Tengah, namun mereka mengakui kewalahan menghadapi perlawanan Batalion Al-Qassam yang disebut Israel sebagai “pasukan terorganisir”.
Harian Israel Yediot Aharonot menegaskan, pasukan Israel khusus Gavati yang melakukan operasi militer di Jalur Gaza dengan dukungan tank-tank dan pesawat tempur sudah melakukan latihan militer di Palestina jajahan 1948.
Mengutip seorang pejabat militer Israel, media Israel menyebutkan, pasukan Israel menghadapi pasukan yang sangat sistematis dan terorganisir dan bukan pasukan relawan.
Ia menyebut pertempuran di Jalur Gaza Sabtu dini hari lalu sebagai pertempuran sulit dan pelik karena berada di pemukiman padat penduduk. Ada banyak pasukan perlawanan dan terjadi baku tembak yang sangat sengit di dalam perkampungan. Pihak Israel mengaku kesulitan dalam mendeteksi sumber misiu.
Soal berita permintaan Hamas agar melakukan gencatan senjata dengan Israel, harian Israel ini menyebutkan, hingga Sabtu sore Israel tidak menerima tawaran dari pihak luar untuk menghentikan serangannya.
Padahal Sekjen PBB kemarin meminta kepada Israel untuk menghentikan serangannya ke Jalur Gaza.
Harian Israel, ‘Maarev’ menyebutkan, Olmert mengeluarkan intruksi kepada militernya untuk melanjutkan operasi “Musim hujan yang panas” (Hot Winter) hingga akhir pekan. Olmert akan menggelar sidang cabinet kecil besok lusa.
Sementara Menteri Peperangan Israel sendiri menyebut operasi militer ini sebagai aksi Holocoust. Sebuah istilah yang mereka gunakan sendiri ketika Israel menjadi korban kekejaman Nazi di Jerman ketika perang dunia II. Padahal peristiwa itu ditampik oleh para sejarawan. [fad/bbs/arrahmah.com]