TEL AVIV (Arrahmah.id) – Militer “Israel” mengumumkan bahwa larangan mendekati jalur Netzarim di Gaza tetap berlaku. Jalur tersebut tidak akan dibuka hingga tercapai kesepakatan antara mediator dan “Israel” terkait pembebasan sandera Arbel Yehud.
Arbel Yehud adalah seorang warga sipil “Israel” berusia 29 tahun yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Ia dilaporkan sebagai salah satu tahanan yang menjadi bagian dari kesepakatan pertukaran sandera antara Hamas dan “Israel”. Hamas telah mengonfirmasi bahwa Arbel masih hidup dan dijadwalkan akan dibebaskan pada Sabtu mendatang.
Dalam laporan dari Kan (Badan Penyiaran Publik “Israel”), disebutkan adanya komunikasi antara “Israel” dan mediator untuk mengupayakan pembebasan sandera sebelum Sabtu mendatang.
Sementara itu, Kantor Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa penduduk Gaza tidak akan diizinkan kembali ke wilayah utara hingga kesepakatan pembebasan sandera berhasil dicapai.
Kanal TV “Israel” ke-13 melaporkan pernyataan seorang pejabat yang menyebut bahwa “Israel” akan mengizinkan warga Gaza kembali ke wilayah utara hanya jika mendapat konfirmasi bahwa Arbel Yehud masih hidup.
Arbel Yehud Masih Hidup
Sumber dari Hamas mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka telah memberi tahu mediator bahwa Arbel Yehud dalam kondisi hidup dan akan dibebaskan pada Sabtu mendatang.
Selain itu, seorang pejabat dari Jihad Islam juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pembebasan sandera akan dilakukan sesuai kesepakatan dalam perjanjian pertukaran tahanan. Ia menambahkan bahwa Yehud adalah seorang tentara terlatih dalam program luar angkasa militer “Israel” dan kini ditahan oleh Brigade Al-Quds, sayap militer Jihad Islam.
Dalam laporan terpisah, situs Axios mengutip pernyataan seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih yang menyatakan bahwa Amerika Serikat terus mendorong pembebasan Arbel Yehud melalui jalur negosiasi.
Gedung Putih menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan terus bekerja untuk membebaskan para sandera lainnya dan mendorong perdamaian di Timur Tengah.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga menyatakan pentingnya penghentian konflik di Gaza, pembebasan semua sandera, dan pemulangan mereka dengan selamat ke keluarga masing-masing.
“Israel” Tuduh Pihak Ketiga
Menurut laporan The New York Times, sejumlah pejabat “Israel” menyebut bahwa penundaan pembebasan Arbel Yehud bukan hanya tanggung jawab Hamas. Mereka meyakini bahwa sandera tersebut tidak ditahan oleh Hamas, tetapi oleh pihak lain.
Namun, Hamas menyatakan bahwa “Israel” terus mengulur waktu dalam melaksanakan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Hamas juga menuding “Israel” bertanggung jawab atas penutupan Jalan Al-Rashid dan larangan kembalinya warga Gaza yang mengungsi dari selatan ke utara.
Hamas menegaskan bahwa “Israel” harus bertanggung jawab atas penundaan pelaksanaan kesepakatan dan konsekuensi yang mungkin timbul darinya.
(Samirmusa/arrahmah.id)