ALEPPO (Arrahmah.com) – Beberapa faksi pejuang Suriah yang dipimpin oleh Jaisyul Fath melancarkan serangan besar di barat daya Aleppo sejak 31 Juli lalu untuk mematahkan pengepungan di bagian yang dikuasai oleh pejuang Suriah di kota Aleppo.
Serangan itu dilancarkan setelah rute pasokan terakhir di utara Aleppo diputus pada 28 Juli oleh pasukan pro-rezim Nushairiyah pimpinan Basahr Asad yang didukung oleh milisi Syiah serta Garda Revolusi Iran (IRGC) dan milisi Kurdi yang didukung AS, YPG. Dalam pertempuran tersebut, Iran telah mengakui kerugian yang mereka alami, lansir LWJ pada Rabu (3/8/2016).
Selama serangan terbaru di barat daya Aleppo, pejabat Iran sejauh ini mengakui kematian lima tentaranya. Pernyataan oleh pejabat Iran mengatakan bahwa pejuang tewas di Aleppo oleh serangan “teroris takfiri” (rezim Iran menggunakan label ini untuk semua pejuang Suriah, tidak hanya Jihadis-red). Para pejabat Iran terus mengatakan bahwa gerilyawan tewas selama misi mereka.
Kematian seorang petugas medis IRGC diumumkan pada 3 Agustus. Kematian seorang komandan IRGC juga diumumkan dihari yang sama. Pejabat Iran mengumumkan kematian veteran perang Iran-Irak dari Ardebil yang merupakan anggota paramiliter IRGC pada 1 Agustus. Akun media sosial pro-IRGC juga melaporkan adanya upacara penyambutan untuk korban luka IRGC pada 1 Agustus lalu.
Seorang petinggi militer Iran, Letnan Muhammad Moradi juga tewas di Aleppo pada 1 Agustus. Sebelum dikerahkan ke Suriah, Moradi pernah bertugas di Kelompok Artileri 22 di provinsi Ishafan.
Kematian para petinggi militer Iran menunjukkan bahwa unsur-unsur Angkatan Darat reguler terus mengambil peran di Suriah sebagai bagian dari ekspedisi pasukan yang dipimpin oleh IRGC. Komandan militer secara terbuka menegaskan pada bulan April lalu mengenai penyebaran pasukan khusus. Pasukan khusus ini dikalahkan di salah satu pertempuran besar pertama mereka di Aleppo di tangan Mujahidin Jabhah Nushrah (sekarang Jabhah Fath Syam). Iran mengakui kematian hanya tujuh tentaranya pada bulan April lalu.
Dengan dukungan dari kekuatan udara Rusia, IRGC, milisi yang didukung Iran dan sekutu Asad lainnya telah berhasil mengepung Aleppo pada pekan lalu. Pada awal Juli, pasukan pro-rezim meluncurkan operasi untuk menghubungkan pasukan dari utara dan barat Aleppo di Jalan Castello, rute pasokan terakhir yang bisa digunakan oleh pejuang Suriah menuju kota Aleppo. Dalam operasi itu, Garda Revolusi Iran mengakui kematian lima tentaranya.
IRGC berperan penting dalam meletakkan dasar pengepungan Aleppo pada bulan Februari, memotong rute pasokan pejuang Suriah ke Turki dengan bantuan YPG, Rusia dan milisi Syiah yang didukung Iran termasuk “Hizbullah” asal Libanon juga milisi Syiah asal Irak. Dalam operasi itu, Iran kehilangan lebih dari 40 tentara termasuk brigadir jenderal, lanjut laporan LWJ.
Keterlibatan militer Iran di Aleppo menggarisbawahi pentingnya kota Aleppo bagi Teheran. Potensi keberhasilan Jaisyul Fath dalam memecahkan pengepungan akan menjadi kemunduran bagi rezim Asad dan pendukungnya, namun mereka terus mengklaim akan berkomitmen untuk kemenangan di Aleppo. (haninmazaya/arrahmah.com)