IRAK (Arrahmah.com) – Pengambilalihan Fallujah dan bagian dari ibukota provinsi Anbar, Ramadi, merupakan kemenangan besar mujahidin dalam menjalankan kendali terbuka di kota-kota besar sejak puncak kekerasan berdarah yang terjadi setelah invasi pimpinan AS tahun 2003.
Mujahidin kini menguasai bagian besar wilayah di Irak dan Suriah, dan beroperasi di bawah naungan Daulah Islam Irak dan Syam atau State of Iraq and the Sham (ISIS).
Sementara itu, menutupi kekalahan, sumber-sumber militer Irak berkoar bahwa mereka akan mampu merebut kembali kendali atas wilayah itu.
Letnan Jenderal Rasheed Fleih, kepala komando militer Anbar, mengklaim bahwa pasukannya, dikombinasikan dengan suku-suku yang masih setia kepada pemerintah yang dipimpin Syi’ah di Baghdad, akan mengambil kembali kota-kota tersebut dalam “dua sampai tiga hari”, lansir TP.
Pesawat militer menyerang Ramadi pada Sabtu (4/1/2014) dan pejabat pemerintah mengklaim telah membunuh 25 pejuang dalam operasi tersebut. Namun demikian, klaim itu tidak dapat diverifikasi. Sementara itu, serangkaian bom mobil menghantam Baghdad, menewaskan sedikitnya 20 orang.
Pasukan AS ditarik sepenuhnya dari Irak setelah Washington dan Baghdad gagal mencapai kesepakatan mengenai status hukum pasukan Amerika.
Kebuntuan itu salah satunya disebabkan oleh keserakahan AS yang selalu menuntut agar pasukannya diberi kekebalan dari hukum lokal, menjanjikan bahwa mereka akan menghukum pelaku kejahatan di pengadilan militer sendiri. (banan/arrahmah.com)