MANILA (Arrahmah.id) – Militer Filipina mengatakan pada Senin (22/5/2023) bahwa mereka telah menerima laporan kematian Radullan Sahiron, pemimpin tertinggi yang tersisa dari kelompok milisi Abu Sayyaf (ASG).
Dibentuk pada 1991, ASG awalnya sangat dipengaruhi oleh Al-Qaeda dan terkenal sejak awal 2000-an, pada 2014 beberapa faksi berjanji setia kepada ISIS.
Kelompok ini juga dikenal dengan nama Al Harakat Al Islamiyya, yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao.
Sahiron adalah pemimpin utama ASG dan merupakan salah satu anggota pertamanya. Dia masuk dalam daftar orang paling dicari FBI sejak 1993, dengan hadiah $1 juta untuk kepalanya.
“Kami telah memperoleh informasi (bahwa Radullan Sahiron) telah tewas,” kata Mayor Jenderal Ignatius Patrimonio, komandan Divisi Infanteri ke-11 yang ditunjuk untuk memerangi milisi di Sulu, kepada Arab News, Senin (22/5).
Provinsi Sulu, di wilayah Mindanao negara itu, dulunya dikenal sebagai benteng pertahanan ASG.
Patrimonio menambahkan: “Kami belum melihat jenazahnya… Kami telah (melakukan) upaya untuk menemukan jenazahnya, jadi perlahan kami akan menjangkau mantan anggotanya dan bahkan anggota keluarganya.
“Dia diakui sebagai pemimpin senior grup yang tersisa dan tidak ada yang muncul untuk menjadi penggantinya… jadi itu akan menyebabkan kematian ASG.”
Sahiron mengambil alih kepemimpinan ASG pada 2006 setelah kematian Khadafi Janjalani, yang menggantikan saudaranya dan pendiri kelompok Abdurajak Abubakar Janjalani.
ASG telah diidentifikasi sebagai afiliasi utama ISIS di Filipina karena beberapa faksinya, tetapi Sahiron tidak pernah berjanji setia kepada kelompok milisi tersebut.
Patrimonio mengatakan pihak berwenang telah menerima “banyak laporan” tentang kematian Sahiron, menambahkan bahwa setidaknya 21 pengikut terdekatnya telah menyerah awal tahun ini.
Patrimonio menambahkan: “Ada laporan yang mengatakan bahwa dia sudah sakit-sakitan, mungkin karena usia tua. Dia, saya kira, berusia akhir 70-an.”
Kematian Sahiron akan memberikan kesempatan bagi militer Filipina untuk melenyapkan ASG, kata Rikard Jalkebro, pakar hubungan internasional dan profesor di Akademi Diplomatik Anwar Gargash di Abu Dhabi.
Jalkebro mengatakan kepada Arab News: “Ini bisa menjadi peluang emas bagi militer. Saat ini, kematian (ASG) telah dimulai berdasarkan penangkapan dan pembunuhan orang-orang terkenal dan juga penyerahan diri. Itu pertanda baik.” (zarahamala/arrahmah.id)