WASHINGTON (Arrahmah.com) – Militer AS mengajarkan kepada para pemimpin masa depan bahwa “perang total” terhadap 1,4 miliar Muslim di dunia akan diperlukan untuk melindungi Amerika dari “teroris” Islam, menurut dokumen yang diperoleh Danger Room.
Di antara pilihan yang dipertimbangkan untuk konflik itu adalah “penggunaan pelajaran ‘Hiroshima’ untuk menghapus seluruh kota sekaligus, menargetkan populasi sipil dimanapun diperlukan”.
Pelajaran ini, pertama kali dilaporkan oleh Danger Room pada bulan lalu dan diadakan di Sekolah Tinggi Staf Gabungan Departemen Pertahanan, sejak saat itu telah dibatalkan oleh Pentagon. Kini, bagaimanapun, bahwa rincian di dalam kelas telah disoroti. Danger Room menerima ratusan halaman dari materi pelajaran dan dokumen referensi dari sumber yang akrab dengan isi kelas.
Ketua Kepala Staf Gabungan baru-baru ini memerintahkan militer AS untuk menjelajahi seluruh materi pelatihan untuk memastikan tidak mengandung bahan yang sama yang penuh kebencian, ia mengklaim proses tersebut masih berlangsung. Namun petugas yang menyampaikan materi, Letkol Matthew A. Dooley masih mempertahankan posisinya di Norfolk, virginia, sambil menunggu penyelidikan. Para komandan, Letkol, kapten dan kolonel yang duduk di kelas Dooley, mendengarkan materi inflamasi minggu demi minggu, sekarang telah pindah ke tingkat yang lebih tinggi untuk tugas seluruh militer AS.
Untuk bagian terbaik dari dekade terakhir, komplotan rahasia kecil dari mereka yang mengaku ahli kontra-terorisme, telah bekerja decang cara mereka melalui militer AS, intelijen dan komunitas penegak hukum, berusaha meyakinkan siapa pun bahwa musuh nyata teroris Amerika bukan Al Qaeda, namun agama Islam itu sendiri. Dalam studinya, Dooley membawa demagog anti-Muslim sebagai dosen tamu. Dan ia mengambil argumen mereka untuk akhir kesimpulan yang jelek.
“Kami sekarang datang untuk memahami bahwa tidak ada yang namanya ‘Islam moderat’,” ujar Dooley dalam presentasi di bulan Juli 2011 (pdf), yang diakhiri dengan sebuah saran manifesto untuk musuh Amerika.
“Oleh karena itu waktu bagi Amerika Serikat untuk membuat niat kita yang sebenarnya menjadi jelas. ‘Ideologi barbar’ ini tidak akan lagi ditoleransi. Islam harus berubah atau kita akan memfasilitasi kehancurannya.”
Dooley tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar. Juru bicara Sekolah Tinggi Staf Gabungan, Steven Williams juga menolak untuk membahas presentasi Dooley atau statusnya di sekolah itu. Tapi ketika ditanya apakah Dooley bertanggung jawab atas materi pelajaran itu, ia merespon : “Saya tidak tahu apakah saya akan mengklasifikasikan dia (Dooley) sebagai yang bertanggung jawab.”
Itu membuat jenderal dua bintang bersalah untuk bahan yang agak mengejutkan. Dalam presentasi yang sama, Dooley menjabarkan rencana perang empat-fase untuk memaksa transformasi agama Islam. Fase ketiga mencakup hasil yang mungkin seperti “Islam direduksi menjadi status kultus” dan “Arab Saudi terancam kelaparan”.
Hukum internasional yang melindungi sipil di masa perang “tidak lagi relevan”, lanjut Dooley. Dan yang membuka kemungkinan penerapan “preseden historis Dresden, Tokyo, Hiroshima, Nagasaki” ke kota-kota suci Islam dan membawa “Mekkah dan Madinah ke dalam kehancuran”.
Sekutu ideologis Dooley berulang kali menyatakan bahwa “arus utama” Muslim adalah berbahaya karena mereka “keras” secara alamiah.
Dooley yang telah bekerja di Sekolah Tinggi Staf Gabungan sejak Agustus 2010, memulai delapan minggu kelas sejarahnya, dua bagian mengenai sejarah Islam. Hal tersebut sebelumnya disampaikan oleh David Fatua, mantan profesor West Point. “Sayangnya, jika kita berhenti di situ, Anda tidak akan memiliki keseimbangan yang tepat dari sudut pandang, atau Anda tidak akan memiliki pandangan yang akurat tentang bagaimana Islam mendefinisikan dirinya,” ujar Dooley kepada mahasiswanya. Selama beberapa minggu berikutnya, dia mengungdang tiga dosen tamu terkenal dengan pandangan mereka tentang Islam.
Shireen Burki mendeklarasikan selama pemilu 2008 bahwa “Obama adalah kandidat yang diimpikan bin Ladin”. Dalam kuliah di Sekolah Tinggi Staf Gabungan, dia mengatakan kepada mahasiswanya bahwa “Islam adalah agama imperialis/penakluk” (pdf).
Dooley mengklaim bahwa pandangannya adalah “bukan kebijakan resmi pemerintah Amerika Serikat” dan dimaksudkan untuk “menghasilkan diskusi yang dinamis dan berpikir”.
Saat ini Pentagon mengatakan tengah mempelajari presentasi Dooley. Sedang Jenderal Martin Dempsey, senior dari Staf Gabungan mengeluarkan perintah untuk setiap kepala militer dan komandan senior agar “menyingkirkan” bahan anti-Islam. Mereka bergerak setelah semuanya terungkap ke publik. (haninmazaya/arrahmah.com)