KABUL (Arrahmah.com) – Kelompok militan Islamic State (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan tiga wanita pekerja media di Afghanistan. Serangan yang sama melukai seorang wanita lainnya, yang kini kritis di rumah sakit.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (3/3/2021), militant ISIS mengklaim anggotanya telah menargetkan tiga wanita yang bekerja di sebuah stasiun televisi di kota Jalalabad Timur, pada Selasa (2/3) malam waktu setempat.
Kelompok militan itu mengklaim anggotanya melakukan pembunuhan terhadap apa yang disebutnya sebagai “wartawan yang bekerja untuk salah satu stasiun media yang setia kepada pemerintah Afghanistan yang murtad”.
Ketiga wanita, yang bekerja untuk televisi lokal Enikas TV, diketahui berusia antara 18- 20 tahun. Menurut pejabat Afghanistan, ketiganya ditembak ketika dalam perjalanan pulang kerja.
“Saat itu mereka hendak pulang kantor dengan berjalan kaki ketika ditembak,” kata Direktur Enikass TV, Zalmai Latifi kepada AFP, seraya mengatakan ketiganya bekerja di departemen dubbing untuk penyiar.
Menurut seorang anggota dewan di Provinsi itu, pemakaman ketiganya akan dilaksanakan pada Rabu (3/3) waktu setempat.
Selain tiga korban meninggal dunia, diketahui ada satu wanita lain yang mengalami luka-luka akibat serangan itu. Kini, wanita itu tengah dirawat di sebuah rumah sakit dalam kondisi kritis.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan itu, di mana awalnya polisi setempat menuduh pemberontak Taliban, yang kemudian membantah terlibat.
Insiden terjadi ketika utusan khusus Amerika Serikat untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, kembali ke Kabul untuk melakukan pertemuan dengan para pemimpin Afghanistan. Pertemuan itu bertujuan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian yang ‘lesu’ karena batas waktu penarikan pasukan AS semakin dekat.
Kedatangan Khalilzad menandai pertama kalinya dia kembali ke Afghanistan sejak Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari lalu. Biden memintanya untuk tetap menjadi utusan khusus dari AS.
Kekerasan telah meningkat di sekitar Afghanistan dimana para pekerja media serta anggota masyarakat sipil di daerah perkotaan telah menjadi sasaran dalam beberapa bulan terakhir. Serangan itu terjadi bahkan saat proses perdamaian berlangsung di ibu kota Qatar, Doha.
Pemerintah Afghanistan dan Taliban telah mengadakan pembicaraan untuk mencoba mencapai penyelesaian politik guna mengakhiri konflik selama beberapa dekade. Tetapi kemajuan telah melambat ketika pemerintahan Biden yang baru di Washington meninjau rencananya untuk proses perdamaian, termasuk apakah akan sepenuhnya menarik pasukan pada Mei seperti yang direncanakan semula. (Hanoum/Arrahmah.com)