WASHINGTON (Arrahmah.com) – Diduga kuat, militan Islamic State (ISIS) yang telah dikalahkan oleh koalisi internasional tahun 2019 masih memiliki akses $100 juta dalam bentuk cadangan tunai yang disimpan di seluruh Timur Tengah, menurut Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS).
Namun cadangan ini merupakan dana yang sudah berada pada titik terendah dalam sejarah mereka pasca mengambil alih wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014.
Sebagaimana dilansir Al Monitor (1/2/2021), Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa sisa-sisa kelompok militan ini diduga masih menerima aliran uang dari rekan mereka di Turki dan Irak.
Beberapa kiriman tersebut disalurkan melalui hawala (bisnis layanan uang) lokal di kamp pengungsi al Hol yang menampung sekitar 50.000 anggota keluarga militan ISIS. Pengiriman tunai lainnya juga diduga dikirim melalui kurir yang melintasi perbatasan gurun terbuka antara Irak dan Suriah.
Di Suriah, kelompok ini terus mengumpulkan dana melalui pemerasan jaringan penyelundupan minyak di Suriah timur, penculikan, penjarahan,” bunyi memo dari kepala auditor Departemen Keuangan AS.
Menurut David Asher, akademisi di Institut Hudson, pemerintahan Joe Biden saat sedang berusaha menyusun kembali pendekatan Washington ke konflik di Timur Tengah. Mereka dipastikan sedang mencari cara untuk memotong dana dari pendukung kelompok militan sebagaimana strategi perang ekonomi Departemen Luar Negeri AS melawan IS pada 2014-2015.
Ashar menambahkan bahwa setelah mengintrograsi tahanan IS didapatkan informasi bahwa dana berasal dari wilayah Turki.
“Sudah ada upaya bersama secara berkala untuk mencegah aliran dana itu, tapi belum konsisten. Alangkah baiknya jika pemerintahan Biden bisa lebih banyak melakukan kerja sama untuk itu dengan Turki,” ujarnya. (Hanoum Arrahmah.com)