BAGHDAD (Arrahmah.id) – Milisi Syiah Irak yang didukung Iran Asaib Ahl al-Haq, mengucapkan selamat kepada milisi Syiah Houtsi Yaman atas serangan pesawat tak berawaknya di ibu kota UEA Abu Dhabi yang menewaskan tiga orang, ujar pemimpin Asaib Ahl al-Haq, Qais al-Khazali.
Ibu kota UEA, Abu Dhabi, diguncang pada Senin ketika serangan pesawat tak berawak menyebabkan kebakaran dan mengakibatkan ledakan tiga kapal tanker minyak, menewaskan tiga orang dan melukai enam lainnya. Kebakaran lain juga terjadi di area lokasi pembangunan baru Bandara Internasional Abu Dhabi, lansir Al Arabiya (18/1/2022).
Kelompok teroris Syiah Houtsi Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dengan mengatakan mereka melakukan operasi “jauh di UEA”.
Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bersumpah bahwa serangan itu “tidak akan dibiarkan begitu saja,” dan kementerian itu mengatakan negara itu “berhak untuk menanggapi serangan teroris dan eskalasi kriminal yang jahat itu.”
“Kami mengucapkan selamat kepada saudara-saudara yang tertindas di Yaman [Houtsi] atas kemuliaan dan ketabahan. Mereka membela negara dan rakyat mereka dari agresi yang tidak adil dari koalisi yang tidak adil,” klaim Khazali, merujuk pada Koalisi Arab – yang dipimpin oleh Arab Saudi dan di mana UEA menjadi anggotanya – untuk memulihkan legitimasi pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Asaib Ahl al-Haq ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS pada 2020, dan Departemen Luar Negeri mengatakan organisasi itu didanai dan dilatih oleh Pasukan Quds Garda Revolusi Iran (IRGC).
Asaib Ahl al-Haq Irak dan Houtsi Yaman adalah milisi Syiah yang didukung oleh Iran.
Negara-negara Teluk telah lama menuduh Teheran mengobarkan api kekerasan di Timur Tengah melalui dukungan keuangan dan militer ke jaringan proksi Syiah di kawasan itu, khususnya di Irak, Libanon, Suriah, dan Yaman.
Khazali, yang ditunjuk oleh AS sebagai teroris global, memuji apa yang dia gambarkan sebagai “kemajuan luar biasa” Houtsi.
Dia mengkritik UEA karena menormalkan hubungan dengan “Israel” pada tahun 2020 sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham yang ditengahi AS, dan menuduh bahwa UEA ikut campur dalam urusan internal Irak.
“Kami memperingatkan para penguasa UEA terhadap konsekuensi dari campur tangan mereka yang berkelanjutan dalam urusan internal Irak dan menabur benih perselisihan dan perpecahan di antara orang-orang terhormat kami,” klaimnya. (haninmazaya/arrahmah.id)