SANAA (Arrahmah.com) — Milisi Syiah Houtsi menyatakan melakukan serangan dengan menggunakan 14 drone ke beberapa kota Arab Saudi pada Sabtu (20/11/2021), termasuk di fasilitas Saudi Aramco di Jeddah.
Sementara, koalisi pimpinan Arab Saudi menyerang 13 sasaran di Yaman selama operasi militer terhadap kelompok Syiah tersebut.
Yahya Saree, juru bicara militer Houtsi, mengatakan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi pada Sabtu bahwa kelompok itu telah menyerang kilang Aramco di Jeddah serta target militer di Riyadh, Jeddah, Abha, Jizan, dan Najran.
Saree mengatakan serangan itu sebagai tanggapan terhadap eskalasi agresi oleh koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dan pembalasan dari kejahatan dan pengepungan atas Yaman.
Akan tetapi, ketidakakuratan dilaporkan dalam pernyataan Saree yang menyebutkan nama yang salah untuk bandara internasional di Jeddah dan lokasi yang salah untuk pangkalan Raja Khalid. Dia menyebutkan Riyadh, padahal sebenarnya di selatan wilayah ibu kota kerajaan tersebut.
Sementara belum ada komentar dari koalisi pimpinan Saudi mengenai klaim serangan pesawat tak berawak, menurut laporan Saudi Press Agency (SPA) seperti dikutip Al Jazeera, Ahad (21/11).
SPA menyatakan operasi koalisi di Yaman pada Sabtu menghantam depot senjata, sistem pertahanan udara, dan sistem komunikasi pesawat tak berawak di ibu kota Sanaa serta provinsi Saada dan Marib.
Milisi Syiah Houtsi yang didukung Iran secara teratur mengumumkan serangan roket dan pesawat tak berawak di wilayah Saudi, dengan mengatakan langkah itu adalah reaksi terhadap serangan koalisi di Yaman.
Raiman Al Hamdani dari Pusat Kebijakan Yaman mengatakan kepada Al Jazeera bahwa banyak laporan yang menyatakan Arab Saudi tidak ingin melanjutkan investasinya akibat konflik di Yaman, melainkan [ingin] memindahkan investasinya untuk melindungi perbatasannya.
“Jadi, semakin banyak Houtsi menembakkan drone atau mengklaim–meskipun mereka mungkin tidak menyerang semua drone–akan membuat Arab Saudi terlihat lemah dan membuat mereka terlihat melakukan pertempuran,” kata Al Hamdani.
“Dengan demikian, Arab Saudi tidak bisa diam ketika semua serangan pesawat tak berawak ini terus menghantam infrastruktur sipil dan non-sipil di Arab Saudi.”
Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika milisi Syiah Houtsi menguasai sebagian besar negara itu, termasuk Sanaa.
Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi yang dipimpin Arab Saudi meluncurkan serangan udara yang menghancurkan dengan tujuan untuk mengembalikan keuntungan teritorial Houtsi.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 233.000 orang, sedangkan upaya yang dipimpin oleh PBB dan AS untuk merekayasa gencatan senjata di Yaman telah terhenti. (hanoum/arrahmah.com)