MABIJ (Arrahmah.com) – Milisi sosialis YPG melakukan intimidasi terhadap warga di timur laut Suriah dengan menyerbu rumah mereka dan menahan secara paksa warga, lapor Anadolu Agency (AA) (1/6/2021).
YPG melakukan ini setelah sebelumnya mereka diprotes warga di Deir Azzur dan Raqqa yang memprotes kenaikan harga bahan bakar dan pemotongan pendapatan dari produk pertanian.
Koresponden AA memperoleh rekaman video yang direkam oleh anggota sebuah rumah yang digerebek oleh YPG.
Berbicara dalam video, seorang wanita berkata: “Ini adalah ruang tamu. Lihat, mereka sengaja memecahkannya. Mereka memecahkan jendela dengan senjata mereka. Mereka ingin membunuh kami.”
Sementara itu, milisi sosialis YPG dilaporkan menahan sekitar 12 wanita dan anak-anak selama penggerebekan di desa Kherbet Bakar, sebelah barat Raqqa.
Mereka juga merekrut 70 pemuda di delapan desa di Deir Azzur dan 24 lainnya di Raqqa.
Para rekrutan muda dipindahkan ke kamp-kamp yang didirikan oleh YPG untuk pelatihan bersenjata.
Selain itu, dua warga sipil terluka ketika YPG menembaki sebuah rumah di Kherbet Bakar di mana seorang pemuda, yang melarikan diri dari perekrutan paksa di Raqqa.
Di tempat lain, empat warga sipil terluka ketika YPG menembaki orang-orang yang memprotes perekrutan paksa di Manbij, Aleppo. Beberapa orang yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Penduduk setempat, yang marah dengan harga baru yang lebih tinggi yang diberlakukan oleh YPG di daerah-daerah di bawah pendudukan mereka, turun ke jalan awal bulan ini di banyak bagian timur laut Suriah.
Ketegangan antara penduduk setempat dan YPG terus meningkat, khususnya di provinsi Deir Azzur, Hasakah, dan dan daerah sekitarnya.
Suriah Timur Laut adalah pusat dari sisa industri minyak Suriah. Wilayah ini menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi apa milisi YPG di sana.
Sekitar 70% dari sumber daya minyak Suriah terletak di wilayah yang saat ini diduduki oleh YPG.
Ada 11 ladang minyak besar di sisi timur sungai Eufrat, yang membelah provinsi itu menjadi dua. Ladang minyak ini merupakan sepertiga dari sumber energi di Suriah.
Milisi sosialis YPG mengendalikan beberapa ladang gas dan minyak terbesar Suriah tetapi tidak memproduksi cukup minyak dan gas untuk memenuhi permintaan.
Setelah menyita sebagian besar sumber daya energi Suriah, milisi YPG juga secara paksa dan tidak proporsional menaikkan harga bahan bakar.
Milisi sosialis YPG ini kerap juga menggunakan akronim PKK atau SDF, yang terdiri dari pejuang Kurdi dan Arab yang khusus memerangi Islamic State (ISIS), sebagai kedok untuk menerima dukungan internasional.
YPG memberlakukan “dinas militer wajib” pada wanita dan pria yang lahir antara tahun 1990 dan 2003 dan merekrut paksa anak-anak dan pemuda Arab di Manbij, Ain al Arab (Kobani), Qamishli, Hasakah, Raqqa, dan Deir el- Zour, menurut AA.
Menurut SNHR, dalam laporannya yang dirilis pada 22 Mei, dikatakan bahwa hampir 3.800 warga sipil ditahan secara paksa di pusat-pusat penahanan yang didirikan oleh kelompok-kelompok yang dipimpin YPG.
YPG yang didukung AS berhasil mencapai Manbij pada Agustus 2016 setelah mengusir militan ISIS yang telah merebut kota itu dari oposisi moderat pada Januari 2014.
Untuk meredakan masalah keamanan Turki, Washington dan Ankara mencapai “Perjanjian Manbij” pada Juni 2018, yang berfokus pada penarikan milisi sosialis YPG dari Manbij untuk menstabilkan kawasan.
Namun dukungan AS untuk YPG di Suriah telah menjadi salah satu batu sandungan dalam hubungan bilateral antara kedua sekutu NATO tersebut.
Turki sangat menentang kehadiran YPG di Suriah utara. Akan tetapi AS butuh YPG untuk memernagi ISIS.
AS juga telah memberikan pelatihan militer dan ribuan truk persenjataan kepada YPG/PKK/SDF, terlepas dari masalah keamanan sekutu NATO-nya. (hanoum/arrahmah.com)