NAINITAL (Arrahmah.com) — Milisi radikal Hindu menyerang dan membakar rumah mantan Menteri Luar Negeri India, Salman Khurshid, di dekat kota utara Nainital pada Senin (15/11/2021). Khurshid merupakan seorang Muslim.
Kepolisian India mengatakan sekitar 20 orang dari kelompok hindu radikal lokal mengepung pagar rumah Khurshid.
“Mereka meneriakkan slogan-slogan, melempar batu, mendobrak beberapa jendela, mengobrak-abrik pintu dan membakar (dekat pintu),” ujar Kepala Polisi, Jagdish Chandra kepada AFP, Selasa (16/11).
The Times of India melaporkan kelompok itu membakar patung Khurshid, melepaskan tembakan senjata, dan mengancam asisten rumah tangganya.
Khurshid, yang menjabat sebagai Menlu India pada 2012-2014, tengah berada di luar rumah bersama keluarganya ketika kejadian berlangsung. Tetapi, ia mengunggah foto-foto suasana rumahnya usai penyerangan terjadi ke media sosial.
“Memalukan adalah kata yang tak cukup. Saya berharap bisa membuka pintu hati teman-teman, apakah saya tetap salah mengatakan ini bukan umat Hindu?” katanya.
Tak hanya Khurshid, seorang anggota parlemen terkemuka dari Partai Kongres, Shashi Tharoor, juga mengecam serangan itu. Ia mengatakan insiden tersebut adalah tindakan tercela.
Menurut Tharooh, Khurshid kerap menyampaikan visi negara yang moderat, sentris, dan inklusif bagi India.
“Intolerensi yang meningkat dalam politik kita harus dikecam oleh para penguasa,” tulis Tharoor di Twitter.
Khursid merupakan seorang Muslim dari partai oposisi utama, Partai Kongres.
Penyerangan rumah ini terjadi setelah pada Oktober lalu, Khursid menerbitkan buku yang membandingkan jenis nasionalisme Hindu yang berkembang di bawah pemerintahan PM Narendra Modi dengan kelompok-kelompok Islam ekstremis seperti Islamic State (ISIS).
Sejak negara itu dipimpin Narendra Modi, para aktivis mengatakan diskriminasi terhadap agama minoritas di India meningkat, terutama pada umat Muslim.
Pada 2020 lalu, Komisi Kebebasan Beragama Internasional berbasis di Amerika Serikat memasukkan India ke dalam daftar negara dengan perhatian khusus sejak 2004.
Pemerintahan Modi dan partai nasionalis Hindunya, Bharatiya Janata Party (BJP) menolak memiliki agenda radikal seperti Hindutva atau hegemoni Hindu. Pemerintah menegaskan masyarakat dari semua agama memiliki hak yang sama.
Namun, negara bagian Uttarakhand, tampaknya menggambarkan titik api diskriminasi kelompok agama tertentu di India.
Pada Oktober lalu, sekitar 200 orang dilaporkan menyerang gereja Kristen di Uttarakhand.
Ketua BJP di Uttarakhand menuding bangunan tersebut digunakan untuk pertemuan yang mencurigakan. (hanoum/arrahmah.com)