BANGUI (Arrahmah.com) – Senjata-senjata sederhana yang diambil dari militan ekstrimis Kristen oleh pasukan Perancis di ibukota Republik Afrika Tengah, menumpuk di tanah, di dekat tubuh seorang pemuda yang dihabisi secara sadis.
“Dia adalah Muslim dari sini, namanya Abaka. Mereka membunuhnya di halaman rumahnya,” ujar tetangga korban, Benjamin kepada AFP.
“Mereka” merujuk kepada militan ekstrimis Kristen, “anti-Balaka” yang seperti haus akan darah kaum Muslim, mereka terus menargetkan Muslim di Bangui dengan dalih memburu mantan “pemberontak” dari koalisi Seleka.
Tembakan sporadis terdengar di sekitar pusat bisnis di ibukota, PK-5, di mana sejumlah toko milik Muslim menjadi target penjarahan oleh pasukan anti-Balaka.
Sepanjang siang dan malam, warga dari minoritas Muslim seperti Abaka, dibunuh oleh pasukan anti-Balaka dengan bersenjatakan parang, palu, dan sekop.
“Kita harus menutupi jenazah itu,” ujar seorang tentara Perancis yang menjadi bagian dari 1.600 pasukan Perancis yang dikirimkan ke Afrika Tengah untuk “meredakan” kerusuhan.
Sekitar 20 pasukan Perancis berusaha mencegah sejumlah orang dari menjarah toko milik Muslim yang telah dibunuh sebelumnya. Namun pasukan Perancis tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghentikan kekerasan oleh militan ekstrimis Kristen yang masih berlangsung hingga saat ini.
“Jangan mendekat, tetap di tempat dan kembali,” teriak seorang tentara Perancis kepada pemuda yang melakukan penjarahan, namun ketika tentara melangkah, pemuda itu tidak merasa takut dan terus membawa sebuah pintu kayu, sementara yang lainnya mengikuti dengan membawa selang yang mereka jarah dari toko milik Muslim.
Kekerasan terhadap kaum Muslim di negara Afrika Tengah telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa jutaan orang mengungsi. Kekerasan ini meletus ketika kelompok Islam berhasil meraih kekuasaan dan menjadikan Michel Djotodia sebagai presiden. Kaum Kristen yang marah membentuk kelompok militan bersenjata anti-Balaka dan mulai menargetkan setiap Muslim yang mereka temui. (haninmazaya/arrahmah.com)