INDRAMAYU (Arrahmah.com) – Pesantren Bayt Tamyiz Indramayu pada miladnya yang ke-7 menggelar launching Al-Qur’an Kawkaban Digital, pada Sabtu (18/3/2017).
Acara ini berlangsung di Pondok Pesantren Bayt Tamyiz Indramayu yand terletak di Jalan Sukaperna Timur, Desa Sukaperna, Tukdana, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Acara ini dihadiri oleh MUI Pusat yang diwakili KH Dr, Shodikun, Wakil Ketua MUI Pusat, Dr. H. MS Kaban (Pembina Bayt Tamyiz), dan Bupati Indramayu yang diwakili kabag kesra, Susanto BA.
Para alumni Bayt Tamyiz yang berasal dari berbagai daerah juga turut hadir dalam milad ke-7 kali ini.
Seperti diketahui, Bayt Tamyiz Indramayu adalah pondok pesantren yang mengembangkan dan menerapkan metode menghafal terjemah perkata Al-Qur’an dan memahami kaidah nahwu sharaf dengan cara yang sangat mudah, praktis, dan ditempuh dalam waktu singkat yang dikenal dengan ‘Metode Tamyiz”. Metode ini telah ditashih oleh K.H. Dr. Akhsin Sakho Muhammad (al-Hafidz, Rektor IIQ Jakarta).
Metode Tamyiz sendiri merupakan hasil riset penulisnya ustadz Zaun Fathin, MM, atau kerap dipanggil ustadz Abaza, di Tajug Kampung Indaramayu, berdasarkan pengalaman ngaji di masa kecilnya kepada K. Anas Tamyiz.
Metode Tamyiz telah diterapkan di sekolah-sekolah dan pondok pesantren di Indonesa yang disebarkan oleh para alumninya.
Ustadz MS. Kaban dalam sambutannya menyampaikan tentang perkembangan Metode Tamyiz yang sudah menyebar di berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand, dan Autralia.
“Medode Tamyiz adalah sebuah metodologi, yang terus dikembangkan, terus diriset, sehingga diharapkan semakin canggih teknologi, al-Qur’an juga semakin gampang difahami.”
Ustadz Abaza dalam sambutannya mengungkapkan, Metode Tamyiz yang menggunakan tagline “Anak Kecil Saja BISA yang pernah kecil PASTI BISA”, pertama kali disusun atas permintaan ustadz MS Kaban setelah dia pulang dari ziarah ke Maqbarah Imam Syafi’i di Mesir. MS Kaban meminta kepada ustadz Abaza untuk melakukan riset, agar anak-anak Indonesia sejak usia dini sudah bisa memahami tarjamah Al-Qur’an, memahami kaidah nahwu sharaf, dan bisa mengajarkan kepada yang lain.
Dalam risetnya ini, ustadz Abaza mengaku melakukan sedikit “perombakan” terhadap teori nahwu sharaf yang selama ini dianggap baku, supaya dapat dengan mudah difahami dengan mudah dan menyenangkan oleh anak kecil.
Menurutnya, buku-buku nahwu sharaf yang banyak dipakai di pondok-pondok pesantren selama ini cocoknya untuk para penutur bahasa arab asli. Oleh karena itu, Metode Tamyiz didesain dengan latar belakang Indonesia, yang bukan penutur bahasa Arab asli.
“Siapapun, yang penting bisa berbahasa Indonesia, insya Allah bisa memahami nahwu sharaf dengan Metode Tamyiz,” tandas ustadz Abaza.
Pondok Pesantren Bayt Tamyiz dalam perkembangannya telah menghasilkan beberapa karya, dan pada milad kali ini merupakan momen peluncuran Al-Qur’an Kawkaban Digital. Al-Qur’an Kawkaban Digital merupakan aplikasi terjamah Al-Qur’an perkata dengan menggunakan Metode Tamyiz yang bisa di donwload di HP Android.
Diharapkan dengan kehadiran Al-Quran Kawkaban Digital ini, masyarakat luas juga bisa mendapatkan akses untuk mengetahui terjamah al-Qur’an perkata dengan Metode Tamyiz melalui telpon seluler.
Nama Kawkaban sendiri diambil dari sepotong ayat dalam Surah Yusuf, yang artinya “bintang”.
(ameera/arrahmah.com)