BEKASI (Arrahmah.com) – Boikot media sekuler, dukung media Islam. Demikianlah kesimpulan Kuliah Umum MIAR (Majelis Ilmu Ar-Royyan) yang diadakan pada hari Ahad (12/06/2011) di Masjid Muhammad Ramadhan, Taman Galaxi, Pekayon, Bekasi. Hadir dalam Kuliah Umum bertema “Peran Media Dalam Merusak Aqidah Umat” tersebut Ustadz Abu Muhammad Jibriel AR (Amir MIAR) dan Ustadz Iyus Khaerunas (Ketua FUI Bogor). Allahu Akbar!
Muslim sadar versus Muslim kurang ajar
Ustadz Iyus Khaerunas (Ketua FUI Bogor) selaku pembicara pertama memaparkan peran destruktif media, khususnya di akhir zaman ini. Sebelumnya, beliau membagi kaum Muslimin (umat Islam) saat ini menjadi 4 kategori, yakni : Muslim sadar, Muslim wajar, Muslim ala kadar, dan Muslim kurang ajar. Tentu saja, Muslim yang paling baik dan menjadi harapan adalah Muslim sadar, yakni Muslim yang memahami Islam dengan baik dan benar, lalu mengamalkannya. Hanya saja, jumlah Muslim sadar tersebut di Indonesia sangatlah sedikit, yakni 10 % saja, alias minoritas.
Menurut Ustadz Iyus, yang juga lulusan UIN tahun 1996 ini, Muslim yang berikutnya adalah Muslim wajar, yang hanya sekedar Muslim saja, tidak beraktivitas mendukung Islam, berharakah ataupun berjama’ah. Mereka terkadang memahami Islam sekedar teoritis saja. Selanjutnya adalah Muslim ala kadar alias Muslim KTP. Jenis Muslim ala kadar ini sangat banyak di kalangan umat Islam saat ini, yakni ke masjid iya, tapi ke “laut” untuk memberikan sesaji juga iya, ujarnya.
Terakhir, adalah Muslim kurang ajar, yakni mereka yang mengaku Muslim tapi malah benci dan memusuhi Islam. Ini tentu saja aneh, namun begitulah keadaan dan faktanya. Ustadz Iyus mencontohkan Muslim kurang ajar sebagaimana yang diperbuat tokoh di BNPT, LSM-LSM komprador dan sejenisnya.
Solusi menghadapi peran destruktif media massa yang saat ini menghancurkan aqidah umat menurut beliau adalah dengan jalan kaum Muslimin harus berjama’ah, bersinergi, membentuk team work yang solid serta harus memenuhi common enemy alias musuh bersama ummat Islam. Secara praktis beliau juga mengusulkan penguatan media-media Islam yang ada dan kalau perlu menambah lagi sebanyak-banyaknya media Islam yang dapat mengcounter media-media sekuler!
Bentuk ummat yang ta’at pada Allah & Rasul-Nya
Pembicara selanjutnya pada acara MIAR, Ahad (12/06/2011) adalah Ustadz Abu Muhammad Jibriel AR. Beliau membawakan makalah berjudul “Peranan Media Dalam Menghancurkan Islam dan Ummatnya”. Di bagian awal, Ustadz Abu Jibriel menyampaikan hadits bahwa Islam itu tinggi, dan tidak ada yang menandingi ketinggian Islam. Hanya saja, saat ini musuh-musuh Islam dari kalangan kafir, musyrik, zalim, munafiq, zindiq, dan fasik menggunakan segala cara dan mengerahkan seluruh potensi dan kekuatan untuk menghalangi tegaknya Islam dan memadamkan cahaya dakwah dan jihad fie sabilillah. Namun, Allah SWT., telah memastikan bahwa cahaya Islam tidak akan pernah padam bahkan sinar cahaya dakwahnya akan terus menerangi seluruh penjuru, sebagaimana firmanNya:
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (QS. Shaf, 61 : 8)
Selanjutnya, Ustadz Abu Jibriel yang juga amir (pimpinan) MIAR mengutip pendapat Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah dalam kitabnya Ighasatul Lahfan Min Masyayyidis Syaithan hal 237, yang menafsirkan ayat :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang menggunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya ; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman, 31 : 6-7)
Telah berkata Al Wahidi dan lainnya sebagian para ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud dengan “Lahwal hadits” (perkataan yang tidak berguna) adalah nyanyian. Al Wahidi berkata juga : Mayoritas dalam kitab-kitab tafsir, makna Lahwal hadits adalah nyanyian, karena ia melalaikan dari mengingat Allah.
Ironisnya, saat ini justru nyanyian dan hiburanlah yang mendominasi tayangan-tayangan media yang tentu saja akan merusak umat Islam. Apa yang dilihat ummat saat ini lebih banyak yang tidak sesuai dengan syariat Islam, sehingga tidak mendorong mereka mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, ummat Islam harus menyadarinya dan bersegera kembali ke Islam.
Menurut Ustadz Abu Jibriel, satu-satunya solusi menghadapi serangan media yang menghancurkan ummat Islam adalah dengan kembali kepada Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAW (Al Hadits). Dengan kembali kepada keduanya, maka akan terbentuk ummat yang ta’at kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul, untuk kemudian menjalankan kewajibannya berdakwah dan berjihad menegakkan syariat Islam!
Boikot media sekuler, dukung media Islam
Sebelum berakhir, para peserta Kuliah Umum MIAR berkesempatan untuk langsung bertanya jawab dengan kedua nara sumber. Maka terjadilah dialog dan tanya jawab yang sangat seru. Sebagian besar penanya dan juga peserta sepakat agar kaum Muslimin segera besikap, terutama memboikot media-media sekuler yang merusak aqidah ummat dan mendukung media Islam.
Dalam acara tersebut juga dibagikan makalah berjudul “Ansyad Mbai Musuhi Media Islam” yang mengungkapkan bagaimana pimpinan BNPT ini bersikap takut dan anti Islam (Islamphobia) yang dengan seenaknya menuduh media Islam Arrahmah.com sebagai situs propaganda terorisme. Mudah-mudahan ummat Islam semakin faham dan bangkit untuk menuntut hak-hak mereka untuk berIslam secara lebih kaafah (sempurna), termasuk dalam masalah media. Insya Allah!
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)