LONDON (Arrahmah.com) – Muslim Inggris mengeluh tentang banyaknya korban yang berjatuhan akibat panggilan, kunjungan dan interogasi yang dilakukan oleh agen MI5 yang berusaha untuk merekrut mereka sebagai informan dalam komunitas Muslim mereka.
“Mereka mencoba untuk membuat Anda gentar, dan kemudian mengakui bahwa Anda adalah seorang kriminal.”
Menurut Ahmed yang nama aslinya tidak ingin disebutkan, kepada GlobalPost, mengatakan bahwa penderitaannya dimulai pada 2006 ketika ia pertama kali dicegat oleh agen MI5 saat ia pulang dari perjalanan ke Yordania untuk belajar bahasa Arab.
Warga London asli tersebut diperiksa selama sembilan jam dan dinterogasi seputar sejarah perjalanannya, keluarganya dan masjid.
Para interogator, yang mengidentifikasi diri mereka sebagai agen dari badan keamanan dalam negeri MI5 dan polisi keamanan Cabang Khusus nasional, mengambil sidik jari, foto dan air liur.
Mereka bahkan mengeledah kopernya serta menyita buku-bukunya.
Pengalaman yang tak terlupakan oleh Ahmed tersebut dilakukan di bawah payung hukum dalam hukum Inggris, yang dikenal sebagai Schedule 7.
Ketentuan hukum yang luas memungkinkan pihak berwenang untuk mencegat siapa saja di pelabuhan masuk Inggris sampai sembilan jam dengan tidak ada bukti atau bahkan dicurigai terlibat dalam kejahatan.
MI5 mencoba untuk merekrut pemuda Muslim sebagai informan. Para pemuda Muslim diminta untuk menginformasikan keberadaan Muslim lain yang menjadi target dari agen MI5, meskipun ada jaminan bahwa ia tidak pernah terlibat dalam tindakan terorisme atau ekstremisme.
“Kalau aku tahu kejahatan, aku akan berkewajiban untuk menghentikan kejahatan itu, ” kata Ahmed.
Kesulitan meningkat ketika agen mulai menelepon rumah orangtua Ahmed, di mana dia tinggal saat itu.
Agen bahkan suatu hari mengunjungi orang tua Ahmed untuk bertanya tentang suatu hal, meskipun Ahmed tidak ada di rumah.
Tak lama setelah itu, Ahmed kembali pulang dari ziarah ke Mekah dengan keluarganya ketika ia dicegat lagi selama lima jam dan mulai diinterogasi.
Saat itu agen MI5 juga menahan ibunya, sebuah langkah yang terlalu jauh untuk menjebak Ahmed.
Kasus Ahmed sudah tidak asing lagi setelah ada beberapa laporan tentang perekrutan pemuda Muslim untuk menjadi informan untuk agen MI5.
Pada tahun 2009, lima pemuda Muslim mengatakan kepada surat kabar Independen mereka telah ditekan untuk bekerja untuk MI5.
Salah satunya, seorang pekerja komunitas bernama Mahdi Hashi, ditahan dan dilucuti kewarganegaraan Inggrisnya saat mengunjungi keluarganya di Somalia.
Mahdi Hashi muncul Desember lalu di pengadilan AS, di mana dia menghadapi tuduhan terorisme, dimana ia tidak pernah melakukannya.
Michael Adebolajo, tersangka dalam penusukan prajurit Lee Rigby di London Mei lalu, juga direkrut oleh MI5 beberapa bulan sebelum kasus penusukan tersebut, seorang temannya mengatakan kepada BBC. Pengadilan-Nya akan dimulai bulan ini (ameera/arrahmah.com)