KORSIKA (Arrahmah.com) – Ratusan orang turun ke jalan di pulau Korsika, Prancis, pada Ahad (27/12/2015), melanggar larangan demonstrasi yang diberlakukan di ibukota Ajaccio setelah dua hari protes anti-Muslim, sebagaimana dilansir oleh RT.
Para pengunjuk rasa berusaha untuk melakukan pawai menuju ke kawasan Jardins de l’Empereur, yang merupakan pusat protes yang terjadi pada Jum’at dan Sabtu, dan merupakan lokasi bentrokan yang terjadi pada malam Natal di mana dua petugas pemadam kebakaran dan polisi terluka.
Namun, polisi anti huru hara dikerahkan di pintu masuk ke kawasan Jardins de l’Empereur dan mencegah massa masuk ke dalam kawasan itu.
Para demonstran membawa bendera Korsika dan meneriakkan slogan-slogan: “Ini adalah rumah kami” dan “orang Arab keluar.” Slogan-slogan itu juga diteriakkan dalam protes-protes sebelumnya.
Pawai di Ajaccio pada Ahad (27/12) diikuti oleh sekitar 300 orang, menurut AFP.
Setelah para pengunjuk rasa itu tidak diberi akses ke kawasan Jardins de l’Empereur, mereka melakukan pawai di jalan-jalan pusat kota, yang berlangsung selama beberapa jam.
Mereka juga berunjuk rasa di depan gedung prefektur. Setelah hari gelap separuh dari pengunjuk rasa itu kembali ke barikade polisi di pintu masuk ke Jardins de l’Empereur,
“Pawai itu berlangung damai dan hanya terlihat beberapa petasan dilemparkan oleh demonstran, tetapi polisi tidak bereaksi,” kata Kukushkin, wartawan RT, melaporkan dari lokasi.
Namun, ada insiden yang tidak menyenangkan yang terjadi tehadap Kukushkin saat laptopnya diambil oleh pengunjuk rasa, yang tidak menyukai beberapa rekaman yang dia rekam selama hari itu.
“Saya menghubungi pihak penyelenggara unjuk rasa dan komputer dikembalikan kepada saya dalam 20 menit,” kata Kukushkin.
Dia juga menambahkan bahwa ketika ia mendapat laptopnya kembali kartu SDnya hancur dan telah ada upaya untuk menghapus program editing.
Sebelumnya, pejabat Korsika itu, Christophe Mirmand, mengumumkan larangan semua protes dan pertemuan di Jardins de l’Empereur setidaknya sampai 4 Januari.
“Ini adalah perintah yang diambil tadi malam sebagai bagian dari keadaan darurat, hasutan kebencian merupakan pelanggaran yang dapat menyebabkan proses pidana,” kata Mirmand, sebagaimana dikutip oleh France Info.
Sebelumnya, pada Jum’at (25/12), sekelompok demonstran merusak ruang shalat dan membakar salinan Al-Qur’an di kawasan tersebut.
Protes berlanjut pada Sabtu, dimana sebanyak 100-300 orang berbaris di Ajaccio, meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim.
Sentimen anti-Muslim itu meningkat di Perancis menyusul serangan yang terjadi pada 13 November di Paris yang menewaskan 130 orang.
(ameera/arrahmah.com)