SHUSHA (Arrahmah.com) – Mayat tentara etnis Armenia bergelimpangan di jalan pegunungan di Nagorno-Karabakh pada hari Jumat (13/11/2020) saat pasukan penjaga perdamaian Rusia dengan truk dan pengangkut personel lapis baja memasuki wilayah itu setelah kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan.
Rusia mengerahkan hampir 2.000 tentara bersama dengan tank dan baju besi lainnya untuk mengamankan gencatan senjata yang disepakati minggu ini setelah perang enam minggu di daerah kantong etnis Armenia di Azerbaijan dan daerah sekitarnya di mana pasukan Azeri yang didukung Turki merebut sebagian besar wilayah.
Skala kehancuran pada hari Jumat (13/11) menunjukkan betapa putus asa pertempuran itu.
Reuters melaporkan bahwa dari perbatasan Armenia, sekitar seratus tentara etnis Armenia yang tewas berserakan di pinggir jalan.
Seorang tentara terbaring di tengah jalan saat konvoi tersebut bekerja keras mendaki bukit.
Mobil, tertusuk pecahan peluru, dan van berserakan di pinggir jalan serta tank yang terbakar dan kendaraan militer rusak lainnya. Beberapa mayat tergeletak di dalam ambulans yang dipenuhi peluru.
Beberapa batu nisan pinggir jalan rusak, dan beberapa kendaraan yang dipenuhi peluru memiliki grafiti, termasuk Swastika dan referensi untuk pecahnya kekerasan etnis berdarah era Soviet terhadap orang-orang Armenia di republik Azerbaijan Soviet saat itu.
Tidak jelas siapa yang meninggalkan grafiti tersebut.
Lebih dari 4.000 orang tewas di kedua sisi, termasuk warga sipil, dengan 8.000 terluka dan puluhan ribu terusir dari rumah mereka, kata Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Jumat (13/11).
Di dekat kota Kalbajar, di jalan yang berbeda, etnis Armenia terlihat meninggalkan tempat tinggal mereka. Truk-truk yang penuh dengan barang-barang rumah tangga berdesak-desakan dengan mobil dan truk yang sarat muatan untuk menuju ke Armenia. (Althaf/arrahmah.com)