ANKARA (Arrahmah.com) – Turki siap untuk bekerja dengan siapa pun yang memenangkan pemilihan AS, dua pejabat tinggi Turki mengatakan pada hari Jumat (6/11/2020), meskipun persahabatan dengan Presiden Donald Trump telah membantu kedua negara melewati masa-masa sulit.
“Terlepas dari kandidat mana yang menjabat di AS, kami akan melakukan pendekatan yang tulus untuk meningkatkan hubungan kami,” kata Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu.
Kemitraan yang telah berlangsung puluhan tahun antara sekutu NATO telah mengalami keributan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir karena ketidaksepakatan tentang kebijakan Suriah, hubungan Ankara yang lebih dekat dengan Moskow, ambisinya di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank Turki, dan kasus lainnya.
Cavusoglu mengatakan Turki telah bekerja sama dengan pemerintahan Demokrat dan Republik dan mengatasi kesulitan dengan keduanya.
Dia berbicara ketika kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden unggul tipis atas Presiden Donald Trump di negara bagian Georgia, yang menempatkan Gedung Putih dalam jangkauan Biden ketika negara bagian yang ragu-ragu terus menghitung suara.
Washington telah mengancam akan memberi sanksi kepada Turki karena membeli sistem pertahanan rudal Rusia, tetapi pemerintahan Trump telah menghindari pemberian sanksi tersebut.
“Tentu saja individu punya dampak, positif dan negatif. Persahabatan yang tulus antara presiden kami dan Trump berlanjut melalui masa-masa yang paling sulit,” kata Cavusoglu.
Para pengamat mengatakan hubungan bilateral Turki bisa terganggu jika Biden menjadi presiden AS. Lira, yang sudah diperdagangkan pada rekor terendah terhadap dolar, bisa mendapat lebih banyak tekanan.
Namun pembantu utama Erdogan, Wakil Presiden Fuat Oktay, mengatakan Ankara tidak takut dengan sanksi.
“Tidak ada negara, termasuk Amerika, yang memiliki kesempatan untuk mengimplementasikan kebijakan luar negeri, program atau kebijakan di wilayah tersebut terlepas dari Turki atau dengan mengecualikan Turki,” kata Oktay kepada penyiar A Haber.
“Turki bukan lagi negara yang menyusut, atau takut, sanksi. Sanksi akan semakin meningkatkan tekad dan tekad kami,” katanya. (Althaf/arrahmah.com)