JAKARTA (Arrahmah.com) – Film Nussa Rara kembali ramai diperbincangkan, pasalnya film besutan Angga Dwimas Sasongko tersebut terpilih sebagai salah satu film yang akan ditayangkan pada Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2021.
Bucheon International Fantastic Film Festival atau BIFAN 2021 adalah sebuah festival film internasional tahunan di Korea Selatan. Festival ini khusus menghadirkan film bergenre horor, thriller, misteri, fantasi, dan fiksi ilmiah. Tahun ini, BIFAN berlangsung di Korea Selatan pada 8- 18 Juli 2021 dan melakukan pemutaran dan program festival secara daring.
Meski turut mengharumkan nama Indonesia di kancah perfilman dunia, namun fitnah terhadap film Nussa Rara masih santer terdengar. Salah satunya adalah cuitan Eko Kuntadhi yang menyebut bahwa pakaian yang dikenakan Nussa sebagai pakaian khas Taliban.
“Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan, pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afghanistan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yang merusak!” tulis Eko melalui akun Twitter-nya.
Menanggapi cuitan tersebut, Angga Dwimas Sasongko, CEO dan Founder Visinema Picture, yang menggarap film Nussa Rara menjelaskan bahwa film tersebut dipilih oleh kurator BIFAN, bukan promo ke luar negeri.
“Perlu Anda pahami, itu bukan promo ke luar negeri, tapi filmnya dipilih pihak Bucheon International Fantastic Film Festival. Dipilih oleh kurator festivalnya,” ujar Angga pada Senin (21/6/2021), sebagaimana dilansir oleh detikcom.
Komentar Eko Kuntadhi dalam akun Twitter-nya pun mendapat banyak komentar pedas dari berbagai pihak.
“Belum kebagian jatah komisaris ya Mas? Semoga segera, amin!” cuit Ernest Prakasa.
“Radikal-radikul itu bukan soal pakaian. Yang pakai cadar, gamis atau celana cingkrang atau jilbab syar’i tidak lantas membuat mereka otomatis jadi radikal, taliban, kadrun, atau apapun labelnya. Repot kalau soal ginian aja gak paham-paham dan terus mainkan isu memecah belah bangsa,” tulis Nadirsyah Hosen, atau yang biasa disebut Gus Nadirsyah.
“Bahkan isu Taliban dipake nyerang film anak Nussa dan Rara.. ckck.. hanya karena pakaian yang dikenakan. Saya nonton sejumlah film-film tersebut bersama anak-anak dan saya menemukan banyak sekali pesan dan nilai-nilai positif. Isu murahan Taliban ini juga yang dulu digunakan menyerang KPK,” tulis mantan juru bicara KPK, Febri Diansyah.
“Kalo yang berpakaian minim dibilangnya don’t judge book by its cover. Kebebasan berpakaian, kebebasan berekspresi. Kalo yang tertutup gini dibilangnya taliban. Yuk belajar lebih objektif yuk,” tulis akun @hanifalalhaq. (rafa/arrahmah.com)