ZAHEDAN (Arrahmah.id) — Belasan ribu warga muslim Baluch di Zahedan, Iran, gelar demonstrasi meminta referendum dan menuntut adanya pengamat internasional untuk mengawal itu semua.
Dilansir RFERL (21/1/2023), pendemo turun memaksa ke jalan setelah Shalat Jumat di kota Zahedan, Iran tenggara, meskipun pasukan keamanan sudah menutup jalan utama di sekitar kota.
Molavi Abdulmajid, seorang tokoh muslim Iran, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Radio Farda dari RFERL bahwa aksi demonstrasi sudah berlangsung sejak 30 September atau 50 hari lalu.
Aksi demonstrasi awalnya dipicu oleh kasus kematian Mahsa Amini dan pemerkosaan gadis 15 tahun oleh komandan polisi setempat namun terus memanas pasca pembunuhan ratusan warga muslim di Zahedan pada 30 September atau lebih dikenal Black Friday.
Abdulmajid mengatakan republik Islam ingin mereka menghentikan demonstrasi, yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda pada bulan September saat berada dalam tahanan polisi di Teheran dan diperburuk oleh penumpasan brutal, yang dikenal sebagai Jumat Berdarah, di Zahedan.
“Sebelum kasus Black Friday dan kasus warga Zahedan yang tewas terselesaikan, aksi ini akan terus berlanjut,” tambah Abdulmajid kepada RFERL.
Karena kasus tidak kunjung selesai, warga muslim di wilayah itu akhirnya menuntut referendum.
Muslim merupakan penduduk mayoritas di Provinsi Sistan-Baluchistan di Iran tenggara di mana Abdolhamid bermarkas. Diperkirakan hanya ada sekitar 10 persen warga penganut Syiah di wilayah itu. (hanoum/arrahmah.id)