ANKARA (Arrahmah.com) – Turki tidak akan mundur dari keputusannya untuk mengerahkan sistem pertahanan udara Rusia meskipun ada sanksi AS yang dikenakan pada negara itu atas pembelian tersebut, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Kamis (16/12/2020).
Dalam sebuah wawancara dengan 24 TV Turki, Cavusoglu juga mengatakan Turki sedang mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diambil untuk membalas sanksi AS, tetapi tidak mengatakan apa yang dapat ditimbulkan dari langkah-langkah tersebut.
AS mengumumkan sanksi terhadap Turki awal pekan ini atas pembelian sistem S-400 canggih Rusia, di bawah undang-undang AS yang dikenal sebagai CAATSA, yang bertujuan untuk menekan pengaruh Rusia. Sanksi tersebut menargetkan Kepresidenan Industri Pertahanan Turki, kepala kepresidenan, dan tiga pejabat senior lainnya.
Hukuman ini memblokir setiap aset yang mungkin dimiliki keempat pejabat tersebut di yurisdiksi AS dan melarang masuknya mereka ke AS. Hukuman tersebut juga mencakup larangan sebagian besar lisensi ekspor, pinjaman, dan kredit ke badan tersebut.
Ini adalah pertama kalinya CAATSA digunakan untuk menghukum sekutu AS.
Cavusoglu menambahkan: “Sekarang kami menilai dampak sanksi ini dengan sangat rinci … dan akan mengambil langkah-langkah yang sesuai.”
Sang menteri juga menggambarkan sanksi tersebut sebagai “salah” baik secara hukum dan politik, dengan alasan bahwa pembelian Turki atas sistem Rusia pada tahun 2017 mendahului undang-undang CAATSA.
Cavusoglu mengatakan bahwa peningkatan hubungan antara Turki dan Amerika Serikat akan bergantung pada kemampuan Presiden terpilih Joe Biden untuk menangani keluhan Ankara.
Hubungan antara keduanya telah diganggu oleh banyak perselisihan, termasuk pemenjaraan warga Amerika dan staf konsuler lokal, dukungan AS untuk pejuang Kurdi Suriah yang dianggap ‘teroris’ oleh Turki, dan kediaman seorang ulama di AS yang dituduh mendalangi upaya kudeta 2016 di Turki.
AS sebelumnya telah mengeluarkan Turki dari program jet siluman F-35, dengan mengatakan penggunaannya bersamaan dengan teknologi Rusia akan membahayakan keselamatan jet tempur. Washington juga mengatakan sistem Rusia tidak akan dapat dioperasikan dengan sistem NATO. (Althaf/arrahmah.com)