RAKHINE (Arrahmah.com) – Israel menolak untuk berhenti menjual senjata ke Myanmar, meskipun ada dugaan genosida, pembersihan etnis, pemerkosaan, penyiksaan dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya, sebagaimana dilansir Middle East Monitor, Selasa (26/9/2017).
Israel memiliki kesepakatan senjata yang menguntungkan dengan Myanmar yang mencakup lebih dari 100 tank, senjata dan kapal yang telah digunakan untuk polisi perbatasan negara tersebut dan melakukan banyak tindakan kekerasan terhadap Rohingya.
Sebuah petisi yang ditujukan ke Pengadilan Tinggi Israel yang menyerukan penghentian perdagangan senjata dengan Myanmar saat ini bergerak melalui sistem politik.
Tiga hari yang lalu, sebuah sidang terbuka digelar yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tertutup yang panjang dimana pengacara negara tersebut menjelaskan hubungan Israel dengan Myanmar.
Eitay Mack, pengacara petisi tersebut, mengatakan bahwa Uni Eropa dan Amerika Serikat telah memberlakukan embargo terhadap Myanmar, dan Israel adalah satu-satunya negara Barat yang memasok senjata ke junta militer.
Menurut surat kabar Haaretz, Mack juga menyebutkan bahwa Israel menyembunyikan perdagangan senjatanya dengan Myanmar, namun kepala junta militer Myanmar mengumbar hubungannya dengan Israel di halaman Facebook mereka.
Petisi tersebut juga mengungkapkan bahwa pada bulan September 2015, Jenderal Min Aung Hlaing, komandan militer Myanmar, mengunjungi Israel dan bertemu dengan Kepala Staf Letnan Jenderal Gadi Eisenkot. Hlaing mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa dia telah mengunjungi berbagai industri pertahanan dan memesan kapal patroli, yang diyakini digunakan untuk menyerang Muslim Rohingya.
Namun, pengacara Israel tidak terpengaruh oleh tekanan internasional yang terus meningkat. Dalam tanggapan mereka beberapa hari yang lalu atas seruan embargo senjata, Shosh Shmueli, yang mewakili negara itu, mengatakan bahwa pengadilan tersebut seharusnya tidak mencampuri hubungan luar negeri Israel.
(ameera/arrahmah.com)