KAIRO (Arrahmah.com) – Otoritas Mesir tidak mengeluarkan izin untuk pemutaran film dokumenter sejarah tentang komunitas Yahudi di negara itu, seorang produser film Yahudi mengatakan pada Rabu (13/3/2013).
Hal ini merupakan salah satu dari serangkaian perselisihan “kebebasan berekspresi” di bawah pemerintahan Islamis itu.
Mesir sudah membatasi para pembuat film dan mengharuskan mereka untuk meminta persetujuan dari Biro Sensor untuk hasil pekerjaan mereka. Setelah perebutan kekuasaan pada tahun 2011, para pembuat film di Mesir berharap lebih banyak kebebasan artistik, tapi kritikus pemerintah mengatakan sebaliknya.
Produser film Yahudi, Haitham al-Khamissi, mengatakan pejabat Biro Sensor telah mengatakan kepadanya bahwa Keamanan Negara telah meminta untuk melihat film “Orang-orang Yahudi dari Mesir” sebelum bisa diputar di gedung bioskop.
Film ini menggambarkan perubahan dalam penerimaan masyarakat Mesir pada minoritas Yahudi kuno di paruh pertama abad ke-20. Sebagian besar orang Yahudi melarikan diri, terutama setelah perang 1956 ketika “Israel” menginvasi Mesir bersama dengan Inggris dan Perancis, yang berusaha untuk mendapatkan kembali kontrol dari Terusan Suez.
“Pihak berwenang telah menyetujui film saya. Saya hanya meminta pembaruan izin tetapi sampai sekarang saya belum menerimanya,” klaim Khamissi.
“Setelah ‘pendirian Israel’ pada tahun 1948, pandangan dunia terhadap Yahudi berubah,” katanya. “Ada kekhawatiran bahwa Yahudi Mesir bisa menjadi mata-mata Israel.”
Bulan lalu jaksa Mesir juga mempertanyakan seorang novelis pemenang penghargaan dengan tuduhan bahwa ia telah menghina agama, dalam serangkaian kasus terbaru yang menyebabkan keprihatinan atas “kebebasan berekspresi.” (banan/arrahmah.com)